Suara.com - Akses terhadap layanan kesehatan yang memadai adalah hak dasar setiap warga negara. Namun, tantangan pemerataan akses layanan kesehatan, terutama di daerah terpencil, masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi Indonesia.
Terlebih, dalam situasi darurat medis seperti gagal napas akut, ketersediaan peralatan yang tepat dan tenaga medis yang terlatih menjadi penentu utama antara hidup dan mati. Dalam konteks ini, pentingnya ventilator dan layanan perawatan intensif (ICU) yang memadai tidak dapat diabaikan.
Ventilator merupakan alat medis penting yang digunakan untuk membantu atau menggantikan fungsi pernapasan pasien yang mengalami gangguan serius, seperti pada kasus penyakit paru, trauma berat, atau pasca operasi besar.
Di ruang ICU, ventilator menjadi perangkat vital yang mendukung kelangsungan hidup pasien kritis. Sayangnya, belum semua fasilitas kesehatan di Indonesia memiliki ventilator yang cukup atau tenaga medis yang terampil dalam pengoperasiannya.
Sebagai bagian dari upaya mengatasi persoalan ini, pemerintah Indonesia telah mencanangkan Transformasi Sistem Kesehatan yang terdiri dari enam pilar utama.
Salah satu pilar penting adalah Transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan, yang mendorong kemandirian dalam produksi dan distribusi alat kesehatan serta meningkatkan kapasitas layanan medis dalam negeri.
Pilar ini juga berkaitan erat dengan pilar kelima, yaitu penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan, mengingat teknologi medis yang canggih hanya dapat berfungsi optimal bila digunakan oleh tenaga kesehatan yang kompeten.
Draeger Indonesia, perusahaan global di bidang teknologi keselamatan dan medis, menunjukkan komitmennya dalam mendukung kedua pilar transformasi tersebut.
Melalui pendekatan berbasis kolaborasi, Draeger bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif (KATI), untuk menyelenggarakan pelatihan berkelanjutan bagi tenaga kesehatan.
Baca Juga: Waspada! Apa yang Kita Makan Hari Ini, Pengaruhi Ingatan Kita 20 Tahun Lagi
Pelatihan yang diadakan meliputi dua fokus utama, yaitu Workshop Pengenalan Mesin Anestesi dan Workshop Basic Ventilator. Kegiatan ini digelar di 17 Fakultas Kedokteran di Indonesia yang memiliki Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif.
Workshop ini tidak hanya ditujukan untuk dokter spesialis anestesiologi, tetapi juga membuka akses untuk dokter umum yang bertugas di ICU, menunjukkan urgensi pemahaman ventilator di berbagai lini layanan kesehatan.
Menurut Ketua KATI, Dr. dr. Reza Widianto Sudjud, pelatihan ini menjadi bagian penting dalam adaptasi pendidikan kedokteran terhadap perkembangan teknologi medis.
“Penguasaan penggunaan ventilator sangat penting karena alat ini berperan langsung dalam menyelamatkan nyawa pasien yang mengalami kegagalan napas. Kemampuan klinis yang baik dalam mengoperasikan alat ini akan berdampak besar pada tingkat keselamatan pasien dan menurunkan angka kematian di ruang ICU,” jelasnya.
Ventilator modern saat ini, seperti yang dikembangkan Draeger, hadir dengan teknologi terkini yang mencakup mode ventilasi konvensional hingga lanjutan, serta terapi oksigen aliran tinggi dan ventilasi noninvasif.
Selain itu, alat-alat ini juga dirancang untuk memudahkan mobilisasi awal pasien dan efisiensi dalam transportasi antar unit layanan, mempercepat proses pemulihan dan mengurangi beban kerja tenaga kesehatan.