Miris, Jumlah Peneliti di Indonesia Cuma 5 Persen Dibandingkan China

Rabu, 11 November 2020 | 06:05 WIB
Miris, Jumlah Peneliti di Indonesia Cuma 5 Persen Dibandingkan China
Peneliti menyaring ekstrak bahan alam untuk imunomodulator (peningkat imun tubuh) bagi pasien COVID-19 di Laboratorium Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/7/2020). [ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra]

Suara.com - Penelitian sama artinya dengan menggali dan menemukan ilmu pengetahuan baru. Karena para peneliti negara bisa bergerak maju.

Begitu juga sebaliknya tanpa penelitian negara tersebut juga tidak akan pernah maju.

Tapi sayangnya Pendiri PT Kabe Farma Tbk, dr. Boenjamin Setiawan, PH.D. mendapati jika jumlah peneliti Indonesia masih jauh panggang dari api, alias masih sangat sedikit dibanding China dan Amerika Serikat (AS).

"Saya lihat Indonesia itu jumlah penelitinya hanya ada 46.000 orang, relatif kecil sekali. Yang paling besar China, jumlah penelitinya ada 1,4 juta orang, disusul sama Amerika kira-kira ada 900.000 orang," ujar dr. Boenjamin dalam acara pembukaan Kalbe Science Awards (RKSA) 2021, Selasa (10/11/2020).

Ini artinya, bahkan peneliti Indonesia tidak mencapai 5 persen dari jumlah peneliti China, atau kurang dari 70.000 peneliti.

Selain berharap jumlah peneliti semakin banyak, dr. Boenjamin juga berharap penelitian yang dilakukan di Indonesia lebih berkualitas, dan itu sangat bergantung pada dana penelitian yang didapatkan peneliti. Maka, salah satu harapan dana penelitian ini datang dari pemerintah.

Alangkah baiknya jika, dana penelitian dianggarkan khusus oleh pemerintah dan masuk dalam jatah presentase pendapatan negara atau gross domestic product (GDP).

Misalnya pemerintah mendapatkan pemasukan, maka sekian persennya diperuntukkan mendanai penelitian para peneliti.

"Harapan saya, dana penelitiannya dalam 5 tahun yang akan datang menjadi 1 persen dari GDP Indonesia. Ini yang saya kira penting sekali dan moga-moga hal ini bisa terlaksana," terangnya.

Baca Juga: Dianggap Murahan, Promosi Universal Studios di Beijing Tuai Kritikan

Lebih lanjut, dr. Boenjamin juga berharap penelitian tidak berakhir di buku penelitian semata, tapi bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Misalnya hasil penelitian bisa dihilirisasi atau komersialisasi dalam bentuk obat atau produk, dan di sinilah peran perusahaan bermain.

"Pada unsur hilirisasi inilah, unsur bisnis atau perusahaan memegang peranan penting agar penelitian yang dilakukan oleh para akademisi dapat dinikmati secara nyata oleh masyarakat. Pemerintah sebagai pemegang kebijakan juga berperan penting dalam memperlancar proses penelitian di Indonesia," tutup dr. Boenjamin.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI