Konspirasi Vaksin Covid-19, dari Mengandung Microchip hingga Mengubah DNA

Jum'at, 04 Desember 2020 | 17:26 WIB
Konspirasi Vaksin Covid-19, dari Mengandung Microchip hingga Mengubah DNA
Vaksin Covid-19 diperkirakan tersedia pada September 2020. Foto: Seorang petugas medis sedang menyuntikkan vaksin flu ke warga Asuncion, Paraguay, pada 15 April kemarin. [AFP/Norberto Duarte]

Suara.com - Meski vaksin Covid-19 dinilai penting, tetap saja ada orang yang anti dengannya. Mereka disebut dengan "anti-vaxxer", kelompok orang yang menghindari vaksin lantaran meyakini teori konspirasi yang berberedar.

Salah satunya klaim bahwa vaksin Covid-19 tidak aman dan para peserta percobaan meninggal setelah mendapat obat ini.

Para ahli telah mengecam teori-teori ini. Bahkan, profesor bakteriologi emeritus di Universitas Aberdeen, Hugh Pennington, mengatakan klaim ini berbahaya.

"Mitos-mitos ini perlu ditangani karena beberapa orang benar-benar mempercayainya. Mereka bisa berbahaya," tutur Pennington, dilansir The Sun.

Profesor Pennington dan ahli onkologi serta mantan Kepala Program Kanker Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Karol Sikora, menyanggah beberapa teori gila yang beredar secara daring.

Ilustrasi vaksin Covid-19. [Pearson0612/Pixabay]
Ilustrasi vaksin Covid-19. [Pearson0612/Pixabay]

1. Vaksin mengubah DNA

Ada klaim bahwa vaksin akan mengubah DNA dengan memasuki sistem tubuh manusia.

"Pada dasarnya Anda akan menjadi manusia yang dimodifikasi secara genetik," tulis klaim yang beredar di Facebook beberapa waktu lalu.

Pennington mengatakan hal ini tidak mungkin terjadi. Sebab, vaksin Covid-19 merupakan vaksin mRNA, yang tidak menggunakan cara memasukkan virus lemah atau tidak aktif ke tubuh menusia, seperti kebanyakan vaksin lain.

Baca Juga: Dianggap Sebarkan Teori Konspirasi Covid-19, Film Ini Banjir Kecaman

Vaksin mRNA justru 'mengajarkan' tubuh untuk membuat protein yang memicu respon imun agar dapat melawan infeksi, apabila seseorang terpapar di waktu lain.

"Vaksin tidak mendekati DNA Anda," tutur Pennington.

2. Dikembangkan secara cepat

Satu kekhawatiran yang digembar-gemborkan banyak orang di media sosial adalah bahwa vaksin tidak aman karena kecepatan pengembangannya.

“Ilmu di balik (vaksin ini) telah berlangsung selama beberapa tahun. Kecepatan lebih berkaitan dengan uji coba. Tapi mereka (ilmuwan) tidak terburu-buru," jelas Pennington.

Ia menambahkan bahwa ilmuwan dapat merekrut banyak relawan di uji coba mereka karena banyak orang terinfeksi penyakit pernapasan ini di seluruh dunia.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI