Studi: Kemoterapi Mungkin Tak Dibutuhkan Pasien Kanker Payudara Tertentu

Selasa, 05 Januari 2021 | 07:00 WIB
Studi: Kemoterapi Mungkin Tak Dibutuhkan Pasien Kanker Payudara Tertentu
Ilustrasi kemoterapi (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah penelitian baru yang dipresentasikan di San Antonio Breast Cancer Symposium 2020, banyak wanita pascamenopause menderita kanker payudara tidak memeroleh manfaat tambahan dari kemoterapi.

Sebaliknya, mereka justru dapat mencapai hasil dan tingkat kelangsungan hidup yang sama dengan hanya mengonsumsi obat penghambat hormon.

Melansir Verywell Health, Genomic Health and Exact Sciences melakukan uji coba Rx for Positive Node, Endocrine Responsive Breast Cancer (RxPONDER), yang didanai oleh National Cancer Insitute (NCI).

Mereka mengamati lima ribu wanita di 9 negara yang memiliki hormon reseptor (HR)-positif serta HER2-negatif kanker payudara yang telah menyebar ke satu hingga tiga kelenjar getah bening.

Peneliti menggunakan tes Oncotype DX, tes genomik dengan menganalisis aktivitas sekelompok gen yang dapat memengaruhi perilaku kanker dan merespons pengobatan.

Ilustrasi kanker payudara. (Dok : Istimewa)
Ilustrasi kanker payudara. (Dok : Istimewa)

Semua wanita yang diteliti memiliki skor Oncotype DX 25 atau kurang.

Berdasarkan temuan uji, Skor Kekambuhan Payudara Oncotype DX juga dapat memprediksi kemungkinan kekambuhan pada pasien kanker payudara.

Skor 25 atau kurang, pada skala 1 sampai 100, menunjukkan risiko rendah hingga menengah dari kekambuhan kanker payudara.

"Hal ini memungkinkan kita untuk melihat apa yang mendasari satu tumor berbeda dari yang lain," ujar Steve Shak, MD, kepala petugas medis untuk Exact Sciences, perusahaan induk Oncotype DX.

Baca Juga: Dikira Saraf Terjepit, Wanita Ini Ternyata Mengidap Kanker Kulit Stadium 4

"Tujuan dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi siapa yang lebih mungkin mendapat manfaat dari kemo, selain mengetahui siapa yang lebih atau kurang berisiko kambuh," lanjutnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI