CDC Bantah 7 Mitos Vaksin Covid-19, Apa Saja?

Senin, 01 Maret 2021 | 21:24 WIB
CDC Bantah 7 Mitos Vaksin Covid-19, Apa Saja?
Ilustrasi vaksin Covid-19 (unsplash/@hakannural)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

“Jadi saya pikir sangat penting bagi setiap orang untuk terus mempraktikkan kebiasaan baik untuk mengurangi penyakit sampai kita melihat herd immunity lengkap dan virus ini lenyap sama sekali,” katanya lagi.

Herd immunity atau kekebalan kelompok didefinisikan oleh Mayo Clinic sebagai titik di mana penyebaran penyakit dari orang ke orang menjadi tidak mungkin karena kekebalan yang telah meluas.

Gans juga menekankan bahwa vaksin tersebut telah terbukti 95 persen efektif, yang berarti tidak menjamin perlindungan penuh. Tetapi jika orang yang divaksinasi terinfeksi, mereka jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan penyakit parah.

“Begitulah cara kerja banyak vaksin. Orang yang mendapatkan vaksin flu mungkin benar-benar terkena flu, tetapi mereka tidak sampai di rumah sakit.”

Mitos 5: Vaksin meningkatkan risiko Anda untuk mengembangkan autisme atau kanker.

Fakta: “Tidak ada vaksin yang saat ini kami miliki yang menyebabkan autisme atau kanker,” kata Dr. Foster.

Foster menjelaskan bahwa ada sistem untuk mengidentifikasi dan melaporkan setiap efek merugikan yang jarang terjadi dari vaksinasi Covid-19. Dan salah satu tugas utama Kantor Keamanan Imunisasi CDC adalah melakukan penelitian untuk mengetahui apakah kejadian buruk yang dilaporkan oleh dokter, produsen vaksin, dan publik benar-benar disebabkan oleh vaksin tersebut.

Mitos 6: Vaksin dapat menyebabkan kemandulan.

Fakta: The New York Times melaporkan pada 10 Desember tentang rumor yang membanjiri internet bahwa vaksin Covid-19 dapat menyebabkan kemandulan pada wanita karena mengandung bahan yang mengganggu perkembangan plasenta.

Baca Juga: Pernah Terpapar, Besok Wakil Wali Kota Bandung Disuntik Vaksin Covid-19

Sekali lagi, Dr. Bernstein berkata, “Tidak ada data untuk mendukung hipotesis ini. Para ahli percaya bahwa vaksin mRNA tidak mungkin menimbulkan risiko bagi wanita hamil atau janinnya."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI