7 Fakta Mutasi Virus Corona 'Eek', Ditemukan di Jepang

Senin, 05 April 2021 | 17:44 WIB
7 Fakta Mutasi Virus Corona 'Eek', Ditemukan di Jepang
Fakta mutasi virus corona 'Eek" - Ilustrasi virus corona. [Pixabay]/emmagrau]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Virus Corona atau Covid-19 yang menjadi pandemi di Indonesia dan dunia memasuki babak baru. Mutasi dari virus ini telah teridentifikasi di Tokyo, Jepang, dengan nama E484K, yang juga mendapatkan julukan dari peneliti sebagai Eek. Untuk lebih jelasnya, simak fakta-fakta terkait mutasi virus Corona 'Eek' yang dihimpun dari berbagai sumber ini. 

1. Ditemukan pada Maret 2021

Mutasi virus Corona Eek ini ditemukan di Rumah Sakit Medis Universitas Kedokteran dan Gigi Tokyo, Jepang, yang notabene berada di bagian Asia Timur. Di belahan dunia lain mutasi serupa juga ditemukan di Afrika Selatan dan Brazil. Di Inggris, mutasi yang memiliki kemiripan disebut dengan Corona Inggirs atau B.1.1.7.

2. Mutasi Tanpa Bepergian

Kebanyakan pasien yang teridentifikasi mengidap varian baru Corona ini tidak pernah bepergian keluar dari wilayah karantina, sehingga diyakini mutasi yang terjadi bukan karena kontak dengan substansi lain.

Mutasi yang terjadi bisa dipicu berbagai hal, mulai dari kondisi kesehatan, obat-obatan yang mungkin diberikan, hingga lingkungan karantina yang mungkin awalnya tidak diprediksi akan memicu terjadinya mutasi.

3. Lebih Mudah Menular

Ilustrasi Virus Corona (Unsplash/CDC)
Ilustrasi Virus Corona (Unsplash/CDC)

Mutasi yang terjadi pada Corona Eek ini sendiri membuat perubahan pada bagian protein spike yang menonjol dari selubung virus. Hal ini menyebabkan virus lebih mudah menular, dan diperlukan antibodi serum yang lebih banyak untuk menncegah terjadinya infeksi sel tubuh. Cukup menyeramkan ya?

4. Belum Ada Vaksin yang Terbukti Efektif

Baca Juga: Mutasi E484K Virus Corona Ditemukan di Indonesia, Bikin Vaksin Tak Efektif?

Jika Covid-19 sendiri sudah mulai dapat dikendalikan dengan adanya berbagai vaksin, berbeda dengan mutasi terbaru dari virus tersebut. Hingga kini, mutasi E484K ini belum memiliki vaksin atau obat yang terbukti ampuh dengan efektivitas tinggi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI