Menyumbang 81 persen Kasus, Profesor Peru Khawatir Varian Lambda Lebih Mematikan

Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni
Menyumbang 81 persen Kasus, Profesor Peru Khawatir Varian Lambda Lebih Mematikan
Ilustrasi Virus Corona Covid-19, varian Lambda (Unsplash/CDC)

Seorang ahli khawatir bahwa virus corona varian Lambda akan lebih menular dan mematikan dibandingkan varian Delta.

Suara.com - Di tengah kekhawatiran mengenai virus corona varian Delta yang lebih menular, varian Lambda juga turut menjadi perhatian. Virus corona varian Lambda ini cukup merajalela di Australia.

Australia sendiri merupakan negara dengan tingkat vaksinasi yang rendah sehingga rentan terhadap varian baru virus corona Covid-19. Kini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan varian Lambda sudah ada di 30 negara, termasuk Inggris.

Awalnya, varian Lambda ini pertama kali ditemukan di Peru. Diperkirakan menyumbang sekitar 81 persen dari keseluruhan kasus virus corona di Peru sejak April.

Seorang dokter di Amerika Selatan pun khawatir bahwa varian Lambda ini lebih menular daripada varian lainnya. Ia melihat dari seberapa cepat penyebaran varian Lambda ini selama 4 bulan terakhir.

Baca Juga: Wuhan Promosikan Pariwisatanya, Warganet di Twitter Malah Ngamuk Ingat Awal Mula Virus Corona

Profesor Pablo Tsukayama, Universitas Cayetano Heredia, mengatakan strain virus corona Covid-19 ini telah meledak di Peru, yang menyumbang sebanyak 82 persen kasus.

Ilustrasi virus corona Covid-19 (Pixabay/mohamed_hassan)
Ilustrasi virus corona Covid-19, varian Lambda (Pixabay/mohamed_hassan)

"Itu menunjukkan tingkat penularan yang lebih tinggi daripada varian virus corona lainnya," kata Profesor Tsukayama dikutip dari Express.

WHO pun menyebut varian Lambda yang juga dikenal sebagai C.37 sebagai varian yang diminati atau variant of interest (VOI), karena penularannya yang tinggi. Meskipun, mereka belum yakin varian Lambda ini akan menyalip varian Delta atau tidak.

Namun, penyebaran varian Lambda ini cukup cepat di negara dengan tingkat vaksinasi rendah. Bahkan, Profesor Tsukayama juga khawatir varian Lambda ini akan lebih mematikan.

Mulanya, varian Lambda ini terdeteksi di pada seorang pelancong yang menjadi karantina di hotel di New South Wales pada bulan April 2021. Meskipun tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa strain tersebut mulai menyebar di antara masyarakat di Australia, perkembangan tersebut menimbulkan kekhawatiran.

Baca Juga: Aksi Protes Pembatasan COVID-19 di China dan Penangkapan Jurnalis, Ribuan Massa Turun ke Jalan

Karena, Australia sangat tertinggal jauh dibandingkan negara lain dalam hal vaksinasi. Artinya, negara ini lebih rentan terinfeksi virus corona varian Lambda.