Mengenal Autoantibodi, Penyebab Covid-19 Sebabkan Keparahan Berbeda untuk Setiap Orang

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Rabu, 29 September 2021 | 18:45 WIB
Mengenal Autoantibodi, Penyebab Covid-19 Sebabkan Keparahan Berbeda untuk Setiap Orang
Antibodi di dalam tubuh (berbentuk Y) (Freepik)

Suara.com - Sejak awal mewabah, infeksi Covid-19 memiliki tingkat keparahan yang berbeda-beda untuk setiap pasien.

Penelitian menemukan perbedaan tingkat keparahan ini dipengaruhi langsung oleh autoantibodi. Apa itu?

Melansir BBC, autoantibodi secara singkat didefinisikan sebagai antibodi 'nakal' karena tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Jika antibodi pada umumnya berfungsi melawan infeksi, maka autoantibodi malah menyerang sel, jaringan, hingga organ tubuh sendiri.

Ilmuwan dari Yale School of Medicine mengatakan orang sehat pun menghasilkan autoantibodi, walau pada umumnya tidak dalam jumlah yang cukup besar sehingga dapat menyebabkan kerusakan signifikan pada sistem kekebalan tubuh.

Pada pasien Covid-19, autoantibodi tidak hanya merusak sistem kekebalan tubuh, tapi juga jaringan sehat di otak, pembuluh darah, trombosit, hati, dan saluran pencernaan.

Ilustrasi antibodi. [Swiftsciencewriting/Pixabay]
Ilustrasi antibodi. [Swiftsciencewriting/Pixabay]

Pada situasi infeksi Covid-19, autoantibodi dapat menyasar 'puluhan jalur kekebalan', kata Aaron Ring, asisten profesor imunobiologi di Yale School of Medicine, kepada BBC.

Dalam riset terbaru yang diterbitkan di jurnal Nature, Ring dan tim risetnya menyaring darah dari 194 pasien yang telah tertular virus corona dengan berbagai tingkat keparahan.

Mereka lalu menemukan bahwa aktivitas autoantibodi responden 'meningkat secara nyata' jika dibandingkan dengan orang yang tidak terinfeksi Covid-19.

Baca Juga: Klaim Mampu Obati Covid-19, Nanobodi dari Llama Dilirik Ilmuwan

Semakin banyak autoantibodi yang terdeteksi, semakin besar keparahan penyakit yang dialami pasien.

"Ini pedang bermata dua. Antibodi sangat penting untuk menangkis infeksi, tapi beberapa pasien Covid-19 juga mengembangkan antibodi yang merusak sel dan jaringan mereka sendiri," kata Ring.

Riset yang dilakukan Ring didasarkan pada penelitian terdahulu yang dipimpin Jean-Laurent Casanova di Universitas Rockefeller, New York. Riset laboratorium Casanova mempelajari variasi genetik yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melawan infeksi selama lebih dari 20 tahun.

Penelitian mereka menyoroti peran autoantibodi yang menyerang beberapa protein yang bertugas melawan infeksi virus dan memblokir replikasi virus (disebut interferon tipe 1).

Pada Jurnal Science, Oktober 2020, Casanova dan timnya melaporkan bahwa mereka telah menemukan autoantibodi itu pada sekitar 10 persen dari hampir 1.000 pasien yang mengalami Covid-19 parah.

Detail penting dalam riset itu adalah bahwa hampir 95 persen dari pasien merupakan laki-laki. Ini dapat menjelaskan mengapa mayoritas orang yang mengalami Covid-19 parah adalah laki-laki.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI