Lalu, apa dampaknya kualitas udara buruk bagi kesehatan? Prof. Tjandra menjelaskan, partikulat di udara khususnya PM2.5, dapat masuk ke paru-paru dan menyebar ke peredaran darah. Akibatnya, terjadilah gangguan pada sistem kardiovaskular dengan berbagai jenis penyakit jantungnya, penyakit serebovaskular seperti stroke serta gangguan pada paru dan sistem respirasi.
Sementara itu, NO2 berhubungan dengan berbagai penyakit paru dan pernapasan, seperti asma bronkial dan lainnya.
"NO2 menyebabkan berbagai keluhan respirasi seperti batuk, bising mengi, sesak napas dan tidak jarang menyebabkan seseorang harus dirawat di rumah sakit karenanya," ujar Prof. Tjandra.
Berkaca pada kondisi udara dunia saat ini, dia mengaku optimistis bila upaya penanggulangan dilakukan maka akan tercipta lingkungan sehat di kemudian hari.
"Ya tentu kita harus optimis, diikuti dengan kerja nyata di lapangan untuk menciptakan lingkungan sehat. Kita perlu berupaya maksimal agar semua manusia di muka bumi dapat hidup dalam suasana udara, air dan makanan yang bersih dan sehat setiap waktu," tutur dia.
Sebagai penutup. Prof. Tjandra berharap agar ekonomi dunia dan negara lebih berfokus pada kesehatan dan kesejahteraan manusia. Di sisi lain, masyarakat juga perlu dapat mengatur dan mengendalikan kesehatan diri mereka serta kesehatan planet tempat tinggal bersama.