Tragedi Stadion Kanjuruhan, Ahli FKM UI Singgung Lemahnya Budaya K3 di Indonesia

Selasa, 04 Oktober 2022 | 15:43 WIB
Tragedi Stadion Kanjuruhan, Ahli FKM UI Singgung Lemahnya Budaya K3 di Indonesia
Warga melintas depan kios yang berada di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Selasa (4/10/2022). ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) mengatakan tragedi Stadion Kanjuruhan yang merenggut ratusan nyawa, menunjukan lemahnya budaya K3 di Indonesia.

Ahli Keselamatan Kerja Departemen K3 FKM UI, Dr. Zulkifli Djunaedi mengatakan fasilitas dan alat K3 sangat vital keberadaannya di area publik seperti di Stadion Kanjuruhan

“Tidak memadainya fasilitas dan sarana emergency menjadi faktor kritis pada kejadian multiple fatalities tersebut. Apakah prosedur emergency response disiapkan oleh panitia?" papar Dr. Zulkifli melalui keterangan yang diterima suara.com, Selasa (4/10/2022).

"Kenapa gas air mata digunakan dalam meredam amukan massa, padahal sudah jelas dalam regulasi FIFA nomor 19 bahwa gas air mata dan senjata tajam tidak boleh digunakan dalam pengamanan massa di stadion," ungkapnya lagi.

Perlu diketahui, K3 adalah serangkaian upaya yang dilakukan guna memastikan kelancaran dari suatu kegiatan dalam kondisi yang aman, sehat dan selamat.

Kepala Disaster Risk Reduction Center (DRRC) UI, Prof. Fatma Lestari menambahkan dalam acara perhelatan besar seperti pertandingan sepak bola, panitia dan petugas stadion harus bisa menemukan potensi bahaya, dengan kajian risiko keselamatan, manajemen risiko hingga prosedur keadaan darurat.

Termasuk panitia juga harus mengidentifikasi risiko dan kerugian yang akan terjadi saat pertandingan sepak bola berlangsung.

"Langkah selanjutnya adalah melakukan penyusunan manajemen risiko agar kecelakaan terhindari, terminimalisir hingga tidak terjadi. Termasuk di dalamnya ada tindakan seperti apa saja yang harus dilakukan saat terjadi keadaan darurat seperti di Stadion Kanjuruhan beberapa hari lalu," papar Prof. Fatma.

Perempuan yang juga Ahli Keselamatan Kerja Departemen K3 FKM UI ini menambahkan, saat pertandingan sepak bola ada potensi kekurangan oksigen atau sesak napas, keracunan dari jajanan yang tidak hygiene, dan terjatuh karena permukaan tinggi.

Baca Juga: Kios di Stadion Kanjuruhan Beroperasi Kembali

Termasuk juga struktur bangunan yang kurang kokoh dan runtuh, kekacauan dan anarkis karena kekecewaan atas kondisi pertunjukan atau perlombaan, potensi kebakaran, gempa bumi dan banjir.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI