Bahaya! Akses Terbatas Jadi Tantangan Pengobatan Hemofilia di Indonesia

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Selasa, 16 Juli 2024 | 18:24 WIB
Bahaya! Akses Terbatas Jadi Tantangan Pengobatan Hemofilia di Indonesia
Ilustrasi hemofilia. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Dr. dr. Elmi Ridar, SpA(K), Ketua Panitia Kongres Nasional HMHI, menyoroti bahwa fasilitas penanganan hemofilia di daerah pelosok, kepulauan, dan terpencil masih kurang optimal. Contohnya, di Riau terdapat 142 pasien hemofilia, dengan 50% di antaranya merupakan kasus hemofilia berat. Sayangnya, Riau belum memiliki fasilitas pemeriksaan hemofilia inhibitor sehingga sampel harus dikirim ke Jakarta.

Penanganan Hemofilia: Profilaksis dan Pengobatan

Penanganan utama hemofilia meliputi pencegahan perdarahan melalui profilaksis untuk pasien hemofilia berat atau dengan indikasi tertentu dan penanganan perdarahan akut. Pengobatan yang sesuai dapat menurunkan frekuensi perdarahan dan risiko komplikasi. Pemerintah telah memberikan akses pengobatan hemofilia melalui JKN, meskipun masih dalam jumlah terbatas. Ke depan, diperlukan lebih banyak terapi baru dan inovatif untuk membantu pasien mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.

Ilustrasi Darah. [pexel.com]
Ilustrasi Darah. [pexel.com]

PT Takeda Indonesia, sebagai salah satu mitra yang mendukung terselenggaranya Kongres Nasional HMHI ke-7, menyampaikan antusiasmenya dalam turut serta meningkatkan tatalaksana pasien hemofilia di Indonesia. Shinta Caroline, Head of Patient Value Access PT Takeda Indonesia, mengemukakan, Takeda berkomitmen menyediakan pengobatan berkualitas tinggi bagi para pasien hemofilia di Indonesia dengan membuka akses seluas-luasnya terhadap obat-obatan inovatif kami.

"Sejalan dengan tujuan ‘menciptakan kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat dan masa depan yang lebih cerah bagi dunia’, kami juga menjalin kemitraan yang kuat dan berkelanjutan dengan para pemangku kepentingan terkait, diantaranya pemerintah, asosiasi medis, organisasi pasien, dan sektor swasta lainnya, untuk bersama-sama meningkatkan tatalaksana penyakit di Indonesia. Salah satunya dengan mendukung terselenggaranya KONAS HMHI ke-7 ini," terangnya.

Harapan Melalui KONAS

Melalui KONAS, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kapasitas tenaga kesehatan dalam diagnosis, pengobatan, dan rehabilitasi pasien hemofilia. Selain itu, edukasi kepada keluarga di Indonesia tentang gejala hemofilia dan pelatihan bagi penyandang hemofilia untuk melakukan pengobatan mandiri (self-infusion) juga penting.

Dr. Elmi menutup dengan harapan bahwa HMHI dapat meningkatkan peran organisasi dalam mewujudkan cita-cita peningkatan penanganan hemofilia secara keseluruhan dan berkesinambungan.

Dengan pemahaman yang lebih baik dan upaya kolaboratif, penanganan penyakit hemofilia di Indonesia diharapkan akan semakin membaik, memberikan harapan dan kualitas hidup yang lebih baik bagi para penderita.

Baca Juga: Solusi Diabetes, Teknologi Cahaya untuk Pantau Gula Darah Tanpa Jarum

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI