Menjaga Kesehatan Kulit dari Dermatitis Atopik: Pentingnya Perawatan Holistik dan Mikroflora Kulit

Kamis, 24 Oktober 2024 | 13:32 WIB
Menjaga Kesehatan Kulit dari Dermatitis Atopik: Pentingnya Perawatan Holistik dan Mikroflora Kulit
Ilustrasi ruam, eksim, dermatitis atopik (Elements Envato)

Suara.com - Banyak orangtua khawatir bayi mereka menderita Dermatitis Atopik, terutama jika mereka sendiri juga menderita penyakit kulit yang dapat diwariskan tersebut.

Ketika seseorang memiliki gen Dermatitis Atopik, penyakit ini dapat menjadi aktif ketika terpicu oleh alergi atau faktor kondisi lingkungan.

Atopic Dermatitis atau dikenal luas sebagai eczema atau eksim merupakan kondisi kulit kronis yang ditandai dengan kulit yang kering, bersisik, merah, dan gatal. 

Kondisi ini seringkali bersifat genetik dan dapat muncul di segala usia. Gejala yang paling umum adalah munculnya ruam merah yang sangat gatal, terutama pada lipatan kulit seperti siku, lutut dan pergelangan tangan. 

Rasa gatal yang intens dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan menyebabkan kulit terluka akibat garukan.

Diperkirakan bahwa 15-20% anak-anak menderita Dermatitis Atopik, walaupun umumnya gejala akan berkurang saat dewasa seiring dengan meningkatnya daya tahan tubuh, namun kemungkinan untuk kambuh bisa terjadi terutama ketika terpicu oleh faktor kondisi lingkungan.

Angka kejadian ini meningkat hingga tiga kali lipat pada beberapa dekade terakhir khususnya di negara-negara yang memiliki area industri. Rasio penderita Dermatitis Atopik antara perempuan dan laki-laki adalah 14:1 dan sebanyak 85% anak-anak menderita Dermatitis Atopik sebelum menginjak usia lima tahun. 

Dermatitis Atopik paling banyak ditemukan pada bayi dimana 45% diantaranya mengalami gejala awal Dermatitis Atopik di enam bulan pertama setelah lahir, 60% di bawah usia satu tahun dan 85% di bawah usia lima tahun.

Mustela Stelatopia+ Emollient Cream Perawatan Kulit Untuk Dermatitis Atopik (Dok. Istimewa)
Mustela Stelatopia+ Emollient Cream Perawatan Kulit Untuk Dermatitis Atopik (Dok. Istimewa)

Dermatitis Atopik dianggap sebagai tahapan awal dari ‘pawai atopik’ (atopic march). Pawai atopik atau yang juga biasa disebut dengan pawai alergi merupakan tahapan perkembangan dari Dermatitis Atopik yang diawali pada masa anak usia dini dan selanjutnya dapat berkembang menjadi gangguan alergi lain di kemudian hari. 

Baca Juga: Mukanya Bernanah jika Stres, Sandra Dewi Curhat Penyakitnya Bikin Harvey Moeis Tekor, Kenapa?

Kemunculan penyakit Dermatitis Atopik pada anak-anak seringkali dijadikan acuan indikasi adanya perkembangan asma dan atau rinitis alergi pada usia anak yang lebih tua. Untuk keluarga (orangtua dan anak) yang menderita Dermatitis Atopik, untuk bisa memiliki satu solusi yang bisa merawat kulit seluruh keluarga, sangat efisien dan berarti.

Hasil Penelitian Terbaru Dermatitis Atopik

Salah satu penyebab Dermatitis Atopik adalah kurangnya lapisan lemak pada kulit luar dan kondisi abnormal lapisan pelindung kulit, sehingga alergen dapat masuk ke dalam celah-celah kulit dan memicu munculnya gejala seperti rasa gatal, kemerahan, dan peradangan. 

Indira Natalia, Brand Manager Mustela Indonesia menjelaskan, melalui penelitian yang dilakukan oleh Mustela, ditemukan bahwa orang dengan Dermatitis Atopik memiliki sejumlah besar bakteri Staphylococcus Aureus yang hidup di kulit mereka. 

"Bakteri ini tidak hanya bisa menyebabkan infeksi, tetapi juga memicu respon imun yang memicu gejala kemerahan. Namun ternyata bakteri baik, dapat membunuh bakteri berbahaya pada kulit dan membantu mengobati kondisi ini," jelas dia dalam siaran pers yang Suara.com terima.

Idealnya, bakteri baik ini harus terus ditunjang dengan asupan makanan (yang disebut prebiotik) agar bisa berkembang biak dengan baik sehingga jumlahnya cukup untuk bisa menjaga keseimbangan ekosistem mikrobiota pada kulit.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI