Efeknya Kalau Ibu Hamil Kekurangan Protein, Susah Sembuh Usai Lahiran?

Jum'at, 25 April 2025 | 19:08 WIB
Efeknya Kalau Ibu Hamil Kekurangan Protein, Susah Sembuh Usai Lahiran?
Ilustrasi Ibu Hamil kurang protein. (unsplash/camilla battani)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Apalagi data Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2022,
sekitar 8,2% perempuan Indonesia berusia 15–49 tahun yang sudah menikah, memilih untuk menunda atau bahkan menghindari kehamilan.

Angka ini mencerminkan perubahan sikap terhadap peran ibu dan kehamilan di kalangan generasi muda. Fenomena ini tercatat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kesiapan mental, kekhawatiran atas kestabilan ekonomi, tekanan sosial, serta pertimbangan karier dan kehidupan pribadi.

Ilustrasi makanan sumber protein. (Elements Envato)
Ilustrasi makanan sumber protein. (Elements Envato)

Brand Group Manager Prenagen, Junita membenarkan saat ini perempuan calon ibu modern sudah lebih sadar jika kehamilan bukanlah sekadar proses reproduksi atau biologis, tapi harus ada pertimbangan kompleks di dalamnya.

"Di tengah-tengah itu, ada banyak dinamika emosional, tekanan sosial, dan pertimbangan personal yang tidak selalu terlihat. Sayangnya, banyak perempuan yang masih dituntut harus 'siap' secara instan tanpa ruang untuk beradaptasi, memahami betul transformasi ini secara menyeluruh ataupun jujur terhadap keraguan dan ketakutan yang mereka rasakan," papar Junita.

Cerita menarik juga dibagikan Content Creator, Namira Adzani yang menyarankan untuk saling berbagi dengan para calon ibu dan perempuan yang sudah menjadi ibu.

Melalui cara ini, maka calon ibu mendapat pengetahuan, agar bisa lebih mempersiapkan diri. Termasuk antar ibu yang sudah memiliki buah hati, bisa saling berbagi cerita dan memberikan dukungan.

“Dengan begitu, perempuan yang sedang menanti akan merasa lebih kuat ketika tahu banyak perempuan mengalami hal serupa. Karena bagi saya pribadi, kehamilan tidak harus dijalani dalam kesendirian. Justru dengan berbagi, kita belajar menerima diri sendiri dan menumbuhkan empati,” cerita Namira.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI