Agar Khusyuk Beribadah, Jamaah Haji Wanita Bisa Tunda Haid? Ini Penjelasan Dokter

Selasa, 06 Mei 2025 | 16:38 WIB
Agar Khusyuk Beribadah, Jamaah Haji Wanita Bisa Tunda Haid? Ini Penjelasan Dokter
Jamaah calon haji mengikuti prosedur pemeriksaan x-ray sebelum penerbangan di Bandara BIJB Kertajati, Majalengka, Jawa Barat, Jumat (2/5/2025). [ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/nym]

Suara.com - Persiapan ibadah haji tidak hanya mencakup kesiapan fisik dan mental, namun juga pengaturan kondisi kesehatan, terutama bagi jamaah haji wanita. Salah satu persoalan yang kerap menjadi perhatian menjelang keberangkatan ke Tanah Suci adalah siklus menstruasi.

Demi kelancaran beribadah, sebagian perempuan memilih menunda haid menggunakan obat hormonal.

Namun, dokter spesialis obstetri dan ginekologi dari Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), dr. Cepi Teguh Pramayadi, mengingatkan pentingnya pemahaman waktu dan mekanisme penggunaan obat tersebut serta perlunya konsultasi medis terlebih dahulu.

"Supaya ibadahnya lancar, tidak terganggu oleh haid. Jadi yang perlu kita ketahui adalah kapan waktu tepat untuk meminum atau mengonsumsi obatnya," ujar dr. Cepi Teguh Pramayadi, Sp.OG(K)FER, MARS, dikutip dari ANTARA pada Selasa (6/5/2025).

Ia menjelaskan, metode yang umum dilakukan untuk menunda haid selama ibadah haji adalah dengan mengonsumsi obat yang mengandung hormon progesteron.

Hormon ini bekerja dengan cara mengubah fase menstruasi dalam siklus haid sehingga pendarahan tidak terjadi selama ibadah berlangsung.

"Obat itu isinya hormon progesteron, tujuannya adalah membuat fase yang mustinya menstruasi jadi berubah fasenya sehingga tidak menstruasi atau ketunda haidnya," jelasnya.

Namun, dr. Cepi menekankan bahwa kunci efektivitas obat hormon ini terletak pada ketepatan waktu konsumsi. Ia menyarankan agar obat mulai dikonsumsi 14 hari sebelum tanggal perkiraan haid berikutnya. Perhitungan ini dapat dilakukan dengan bantuan aplikasi pelacak siklus menstruasi.

"Misalkan seseorang nanti menstruasi berikutnya pada tanggal 30 Mei. Berarti minum obatnya dikurangin 14 hari dari tanggal 30. Jadi, mesti minum obatnya mulai dari tanggal 16 Mei," ujarnya memberi contoh.

Baca Juga: Link Daftar Jamaah Haji Reguler yang Berangkat Tahun Ini, Bisa Lunasi Biaya Mulai Besok

Obat penunda haid tersebut dikonsumsi dua kali sehari hingga seluruh rangkaian ibadah selesai. Jika konsumsi dihentikan sebelum ibadah tuntas, maka kemungkinan besar menstruasi akan segera terjadi dan dapat mengganggu pelaksanaan ibadah, seperti thawaf atau wukuf.

Lebih lanjut, dr. Cepi menjelaskan bahwa dalam beberapa kasus, meskipun penggunaan obat sudah sesuai anjuran, tetap ada kemungkinan munculnya spotting atau bercak darah ringan. Menurutnya, hal ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan karena bercak tersebut bukan bagian dari siklus menstruasi melainkan akibat dinding rahim yang menjadi tipis.

"Kalau spotting gini masih bisa ibadah. Karena sebetulnya spotting itu akibat dari dinding rahim yang tipis. Jadi bukan menstruasi itu sebetulnya," tegasnya.

Untuk mengatasi spotting, dokter menyarankan penyesuaian dosis. Jika bercak muncul, dosis obat bisa ditingkatkan menjadi tiga kali sehari sampai bercak berhenti, lalu kembali ke dosis awal dua kali sehari.

Namun, penggunaan obat hormon ini tidak lepas dari potensi efek samping. Beberapa orang mungkin mengalami mual atau pusing pada awal konsumsi. Meski demikian, dr. Cepi memastikan bahwa efek samping tersebut umumnya ringan dan tidak mengganggu aktivitas secara keseluruhan.

"Kadang menimbulkan efek mual hingga pusing di awal-awal. Namun, hal itu tidak sampai mengganggu kualitas hidup maupun aktivitas," ungkapnya.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI