Suara.com - Dalam banyak rumah tangga Indonesia, khususnya di daerah pedesaan, peran ayah masih sering dipersempit sebagai pencari nafkah semata. Sementara itu, tugas mengurus anak, menjaga kesehatan keluarga, dan memastikan gizi serta imunisasi terpenuhi hampir seluruhnya dibebankan kepada ibu.
Padahal, tanpa keterlibatan aktif ayah, upaya membangun keluarga yang sehat dan tangguh bisa terhambat. Dalam momentum Hari Anak Nasional yang diperingati setiap 23 Juli, muncul satu pesan penting, setiap anak berhak tumbuh sehat dan aman, dan itu adalah tanggung jawab bersama, baik ibu maupun ayah.
Sebuah gerakan perubahan pelan tapi pasti sedang terjadi di berbagai pelosok negeri, berkat Program Keluarga SIGAP (Siaga Dukung Kesehatan, Siap Hadapi Masa Depan) yang digagas oleh Gavi, Unilever Lifebuoy, dan The Power of Nutrition, bersama berbagai kementerian terkait.
Dari Guru Biasa Menjadi Ayah Luar Biasa
Akhmad Mahfudji, seorang guru sekaligus ayah tiga anak dari Desa Pemagkih Barat, Banjar, Kalimantan Selatan, menjadi contoh nyata bagaimana perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil—yakni bersedia mendengarkan.
“Saya dulu merasa tanggung jawab kesehatan dan pengasuhan itu ya tugas istri. Saya hanya fokus kerja,” tutur Mahfudji. “Tapi waktu seorang kader datang dan mengenalkan Program Keluarga SIGAP, saya mulai sadar, ternyata peran ayah jauh lebih luas.”
Bersama istrinya, Mahfudji memutuskan mengikuti sesi komunitas yang difasilitasi oleh kader kesehatan lokal. Dari situ, ia mulai ikut serta dalam urusan imunisasi anak, aktif berdiskusi tentang pengasuhan, hingga bermain dan membantu merawat anak-anak.
“Sekarang saya tahu, ayah sebagai kepala keluarga bukan hanya pencari nafkah, tapi juga ikut mengurus anak dan bantu istri. Kalau saya bisa, bapak-bapak yang lain juga harus bisa,” tegas Mahfudji.
Perubahan Nyata, Hasil Nyata
Baca Juga: Kenapa Pemakaman Ayah Sarwendah Pakai Pedang Pora? Ternyata Ini Makna di Baliknya
Kisah Mahfudji bukan satu-satunya. Program Keluarga SIGAP telah menunjukkan dampak konkret dalam fase pilot yang berlangsung dari Januari hingga Juni 2024 di Kabupaten Banjar dan Kabupaten Bogor.
Hasilnya, cakupan vaksin PCV1 (untuk mencegah pneumonia) meningkat dari 28% menjadi 64%. Sementara praktik cuci tangan pakai sabun sebelum memberi makan anak melonjak dari 50% menjadi 81%.
“Pak Mahfudji membuktikan bahwa jika ayah turut dilibatkan dan diberdayakan, mereka bisa menjadi pelindung yang kuat bagi kesehatan anak-anak,” kata Ardi Prastowo, Team Leader Keluarga SIGAP.
“Melalui program ini, kami melihat bahwa tanggung jawab bersama dalam keluarga mampu meningkatkan cakupan imunisasi dan membentuk budaya siaga serta peduli,” lanjut dia.
Program ini dirancang dengan pendekatan holistik, yakni menciptakan ruang belajar bersama untuk ayah dan ibu melalui kunjungan rumah, sesi komunitas, serta pembelajaran sesama orang tua. Ini menjadi standar baru dalam membangun ketahanan keluarga berbasis kesehatan dan kolaborasi.
Membawa Semangat Positif ke Daerah Lain
Setelah sukses di tahap awal, kini program diperluas ke Sukabumi (Jawa Barat), Brebes (Jawa Tengah), dan tetap dilanjutkan di Banjar. Target utamanya adalah keluarga dengan anak usia 0–24 bulan, karena masa ini sangat krusial dalam membentuk fondasi kesehatan jangka panjang anak.
Pengalaman Gavi dan Lifebuoy di India juga memperkuat model pendekatan ini. Mereka menemukan bahwa semakin besar keterlibatan ayah dalam pengasuhan dini, maka akan semakin rendah keraguan terhadap vaksinasi dan semakin tinggi kepercayaan terhadap sistem kesehatan lokal.
Menuju Budaya Baru: Ayah Siaga Kesehatan
Masih banyak pekerjaan rumah untuk membentuk budaya ayah yang aktif dalam pengasuhan di Indonesia. Namun, kisah-kisah seperti Mahfudji menjadi inspirasi bahwa perubahan memang mungkin terjadi, dimulai dari percakapan sederhana, sesi belajar bersama, dan keterbukaan untuk ikut terlibat.
“Kesehatan itu penting untuk keluarga kami. Kalau kami tidak sehat, kami tidak bisa melakukan apa-apa. Sesibuk apapun bapak-bapak, tetap perhatikan permasalahan ibu dan anaknya,” ujar Mahfudji.
Kini, ayah bukan lagi hanya pelindung dari luar, tapi juga penjaga kesehatan dari dalam rumah. Dan ketika ayah dan ibu berjalan bersama, masa depan anak-anak Indonesia akan jauh lebih cerah dan sehat.