"Ini pakai baju Gerindra. Jadi sudah clear," ujar Sandiaga.
![Infografis Sandiaga. [Tim Desain Suara.com]](https://media.suara.com/pictures/original/2023/01/26/86188-infografis-sandiaga.jpg)
Dunia Politik Sandiaga
Sebelumnya, nama Sandiaga Uno memang sempat menjadi sorotan publik saat mendampingi Anies Baswedan maju dalam Pilkada DKI Jakarta pada tahun 2017 silam. Pasangan ini kemudian menjadi pemenang kontestasi daerah di ibu kota negara.
Saat itu, Sandiaga Uno maju melalui Partai Gerindra yang mengusung Anies-Sandiaga melawan Ahok-Djarot. Selama musim kampanye di DKI Jakarta kedua pasangan ini menjadi sorotan karena banyaknya kampanye hitam yang mengarah pada politik identitas.
Pada akhirnya, Anies-Sandiaga pun terpilih, setelah Pilkada Jakarta tersebut berlangsung selama dua putaran.
Sandiaga sendiri akhirnya resmi bersama Anies memimpin Jakarta sejak 2017. Namun perjalanan Sandiaga tidak sampai selesai menjalankan tugas menjadi Wagub DKI Jakarta, titian karier Sandiaga sendiri melompat menjadi Calon Wakil Presiden (Cawapres) pada Pilpres 2019.
Bersama Prabowo Subianto, Sandiaga menjadi tokoh yang makin dikenal dengan gaya kampanyenya. Bahkan, kerap menjadi daya tarik kaum perempuan saat itu di setiap tempat yang dikunjunginya.
Pasangan Prabowo-Sandiaga pun akhirnya kalah dalam kontestasi politik 2019 silam. Meski begitu, ia kemudian diminta mengisi kursi Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif (Menparekraf) yang sebelumnya diisi Wisnutama Kusbandyo.
Namanya pun juga termasuk dalam kandidat cawapres yang kerap muncul dari hasil survei sejumlah lembaga riset. Hingga akhirnya, nama Sandiaga santer dikaitkan dengan sejumlah partai politik dalam proses menuju Pilpres 2024.
Baca Juga: Antiklimaks Sandiaga, Tetap Berbaju Gerindra, Masih Dilirik PPP
Darah politik Sandiaga disebut berasal dari sang kakek yang pernah mendirikan partai politik di Gorontalo. Berdasarkan keterangan ayah Sandiaga Uno, Razi Halik Uno dalam sebuah wawancara, sang kakek yang bernama Abdul Uno membantu mendirikan Gerkindo.
Saat itu, Indonesia masih negara yang sangat muda dan baru terbebas dari penjajahan Jepang. Namun, Abdul Uno tidak lama aktif di Gerkindo karena usianya sudah tua dan memilih pensiun lalu pindah ke Jakarta. Gerkindo kemudian menjadi salah satu unsur yang melebur ke Partai Nasionalis Indonesia (PNI).