Suara.com - Pengamat politik Adi Prayitno mengatakan upaya untuk menduetkan pasangan Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto bisa meniru Joko Widodo dan Ma'ruf Amin pada Pemilu 2019 lalu.
"Senioritas bukan lagi menjadi penghalang saat ini untuk menjadi calon presiden atau calon wakil presiden," kata Adi Prayitno di Jakarta, Minggu (12/3/2023).
Ia mencontohkan bahwa Jokowi sudah dua kali mendapatkan cawapres yang lebih senior dan berpengalaman darinya.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu tidak membantah jika Prabowo memang lebih senior. Namun, Jokowi juga memiliki cawapres yang lebih senior, yakni pada Pemilu 2014 bersama Jusuf Kalla dan 2019 bersama Ma'ruf Amin.
"Namun, elektabilitas dan dukungan untuk Jokowi lebih unggul saat itu. Jokowi didukung PDI Perjuangan yang suaranya terbanyak dan secara personal, elektabilitas Jokowi lebih tinggi daripada JK dan Kiai Ma'ruf," lanjutnya.
Menurutnya, kondisi Ganjar pun serupa dengan Jokowi saat Pilpres lalu. Ganjar memiliki elektabilitas yang lebih tinggi dari Prabowo di berbagai survei. Posisi Prabowo juga dinilai sebagai posisi kedua untuk tingkat elektabilitas calon presiden menjelang pesta demokrasi 2024.
Dengan kondisi itu, ia menilai partai pendukung akan melihat elektoral tertinggi personal untuk dijadikan capres.
"Bila PDI Perjuangan nanti umumkan capresnya Ganjar Pranowo, jelas PDI Perjuangan secara elektabilitas juga lebih tinggi daripada Gerindra sehingga tidak mungkin Ganjar dijadikan cawapres," katanya.
Diketahui, Gerindra sudah memasang harga mati untuk pencapresan Prabowo Subianto. Namun, bila pertimbangan Gerindra karena senioritas, hal itu dinilai belum tentu bisa dijadikan pertimbangan yang kuat.
Baca Juga: Hanya Warga Blora yang Berani? Pilih Tempat Becek untuk Menyambut Presiden Jokowi
Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo dalam sebuah pernyataannya di media mempersilakan Ganjar Pranowo duet dengan Prabowo Subianto di Pemilu 2024, tetapi sebagai calon wakil presiden.