Suara.com - Pengamat politik sekaligus Pendiri Lingkar Madani (Lima), Ray Rangkuti membeberkan penyebab elektabilitas pasangan calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres) nomor urut dua, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang mulai merosot.
Menurutnya, masyarakat perlahan menjadi tidak tertarik pada strategi kampanye mereka.
Ray mengatakan, saat ini janji pembagian makan siang dan susu gratis yang digembar-gemborkan sudah ditinggalkan. Lalu, branding gemoy yang disematkan pada sosok Prabowo juga semakin tidak populer.
“Stagnasi pasangan Prabowo-Gibran ini bisa juga diakibatkan karena branding goyang gemoy dan susu gratis yang sudah mulai kehilangan popularitasnya," ujar Ray dalam acara pemaparan hasil survei Pemilu 2024 oleh Galidata di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (11/1/2024).
![Hasil survei yang dilakukan Galidata terkait popularitas capres-cawapres. [tangkap layar]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/01/11/75784-survei-galidata.jpg)
Ray mengatakan, seiring berjalannya masa kampanye, masyarakat terus mendapatkan informasi baru.
Kubu paslon nomor urut satu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan paslon nomor urut tiga, Ganjar Pranowo-Mahfud MD terlihat menunjukkan strategi yang lebih menjanjikan.
“Di tengah masyarakat yang saat ini terus mendapati informasi-informasi baru, baik itu dari kampanye calon legislator ataupun dari media yang mereka konsumsi, hilangnya keviralan gemoy dan susu gratis bisa jadi karena masyarakat mulai mengerti substansi kampanye yang digencarkan oleh Pasangan Prabowo-Gibran tersebut hanya branding semata," ucapnya.
Selain itu, banyak juga pihak yang menentang Prabowo-Gibran karena berbagai isu politik seperti pelanggaran etika di Mahkamah Konstitusi (MK).
“Intensifnya gerakan mahasiswa seta masyarakat sipil yang menolak politik dinasti, dan bagaimana generasi terkini merespon isu-isu politik dalam bentuk-bentuk kreatif, sepetinya mulai bekerja di masyarakat," ungkap Ray.
Direktur Gagas Lintas Data (Galidata), Bey Arief Budiman menyebut berdasarkan hasil surveinya, 56,8 persen responden menyukai program yang ditawarkan Ganjar. Lalu, 21,7 persen responden suka dengan program makan siang Prabowo, dan 21,5 persen menyukai program Anies.
“Tiga program yang ditawarkan oleh Ganjar-Mahfud yakni KTP Sakti, Satu Sarjana untuk satu keluarga miskin, dan internet gratis cukup populer di kalangan responden. Hal ini tentu mengindikasikan bahwa komunikasi yang dibangun oleh capres dipahami oleh masyarakat.” Jelaskan Ibey.
Selanjutnya, berdasarkan hasil survei elektabilitas capres yang dilakukan Galidata, Ganjar-Mahfud mendapat suara terbanyak dengan 36,2 persen suara.
"Galidata mendapati bahwa Ganjar-Mahfud memuncaki klasmen elektabilitas sebesar 36,2 persen. Sementara Prabowo-Gibran 33,3 persen dan disusul pasangan Anies-Muhaimin 26,1 persen," ungkapnya.
Lebih lanjut, Bey menyoroti sebaran suara di tiga provinsi terbesar di Indonesia. Ganjar menang di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sementara Prabowo unggul di Jawa Barat.
"Di Jawa Barat, Prabowo unggul sebesar 40 persen, dibawahnya Anies dengan perolehan 28,1 persen dan Ganjar dengan capaian 22 persen. Dengan 9,9 persen jumlah responden yang tidak menjawab/tidak tahu, maka di wilayah Jawa Barat Prabowo dapat dikatakan menang mutlak," ucapnya.