Postingan itu kemudian mendapat respon beragam dari warganet.
"Patut diapresiasi mundurnya Prof Mahfud dari kabinet, untuk menghindari benturan kepentingan politik. Semoga hal ini menjadi contoh baik para menteri/pejabat lainnya yang ikut pilpres/pemilu agar pemilu ini berjalan dengan demokratis," timpal @triwul82.
"Mahfud sudah berupaya memberikan contoh agar pejabat negara tidak menyalahgunakan jabatan dan fasilitas negara untuk kepentingan kampanye. Namun, upaya percontohan itu tidak membuahkan hasil," tambah @MarahIchsan.
"Mundur koq disandingkan dengan etika... saat elektabilitasnya nyungsep, baru mundur buat narik simpati, teriak2 etika... kmarin2 ngapain woyy... dasar kambing congek...," balas @abykaramy.
"Cuma telat. Mahfud masih menteri saat di debat serang Jokowi, presidennya. Ini kesalahan fatal. Tak heran , sampai Prabowi nanti dilantik , Jokowi sulit ditemui Mahfud. Mestinya mundur nya sejak lama. Kalau taktik nya untuk dapat simpati rakyat adalah dengan serang Jokowi," tulis @Gunto_Jaya9.