Melihat berbagai kesulitan nelayan hari ini, hal itu bisa menjadi pemicu anak muda tidak mau menjadi nelayan.
"Makin parah, misalkan 1 bulan mereka itu efektif cuma 10-15 hari melaut, oke lah itu memang siklusnya tetapi mereka itu pernah dapet ikan itu kurang dari satu kilo sehari, sedangkan ongkos mereka itu satu hari bisa 70-100 ribu ditambah lagi BBM sekarang susah. Jadi kemiskinan semakin banyak, semakin berkelindan dan yang kami takutkan nggak ada lagi anak muda yang mau melaut," jelasnya.
Dari berbagai kondisi ini, Susan berharap agar negara mampu untuk hadir dalam menjamin kebebasan ruang masyarakat pesisir. Terutama untuk mencari ikan, masyarakat menjadi kehilangan mata pencahariannya dan sumber kehidupannya.
"Bagaimana negara bisa hadir dan memastikan mereka bisa mengelola ruang lautnya, kan sekarang mereka udah gak bisa punya akses dan kontrol semua nya kan dari pusat. Misal di pesisir, tiba-tiba pemerintah mengeluarkan izin reklamasi itu mereka nggak bisa lagi masuk dan mereka diusir," tuturnya.
Terakhir, Susan juga meminta berbagai pihak agar kepedulian mereka terhadap masyarakat kecil terutama di pesisir jangan hanya di musim politik.
Sebab penderitaan mereka terjadi sepanjang waktu, maka mereka membutuhkan perhatian mereka setiap saat tidak hanya pada saat-saat tertentu.
"Jangan jadikan isu lingkungan dan masyarakat produsen pangan ini sebagai barang dagangan kalau musim politik mas, jadi jangan cuma dateng kalo mau nyalon, Lo kemana aje gitu kan," katanya. (Muhamad Iqbal Fathurahman)