Suara.com - Anggota Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Budiman Sudjatmiko, menafsirkan orang toxic yang dimaksud Menteri Koordinator (Menko) Bidang Maritim dan Investasi (Marves), Luhut Binsar Panjaitan.
Budiman mengatakan, ciri-ciri orang yang akan menjadi toxic atau racun dalam pemerintahan adalah mereka yang tak mendukung slogan keberlanjutan.
Baca Juga:
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan, Adi Prayitno: Sepertinya Ngarah ke Partai.....
Sebab, hal ini selalu menjadi gagasan utama Prabowo-Gibran saat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
"Yang saya bayangkan mungkin Pak Luhut berbicara orang-orang atau unsur-unsur yang tidak mendukung keberlanjutan, keberlangsungan, begitu," ujar Budiman kepada wartawan, Minggu (5/5/2024).
"Saya kira dalam kerangka itu dan tidak dalam frekuensi yang sama dalam mengusung keberlanjutan sebagaimana yang telah disampaikan dalam kampanye Pak Prabowo dan Mas Gibran," ucapnya menambahkan.
Kemudian, Prabowo-Gibran juga telah menggaungkan sejumlah program prioritas selama masa kampanye, seperti hilirisasi, makan siang gratis, hingga melanjutkan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN).
![Pasangan Capres-Cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menyampaikan pidato politiknya dalam acara Mengawal Suara Rakyat di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (14/2/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/02/14/49486-prabowo-gibran-prabowo-subianto-gibran-rakabuming-raka-mengawal-suara-rakyat.jpg)
Jika pihak-pihak yang awalnya menentang kini masuk pemerintahan, dikhawatirkan akan menghambat terwujudnya berbagai program tersebut.
Baca Juga: Prabowo Bakal Bentuk Presidential Club, Mardani Ali Sera: Ide Ini Menarik
"Yang tidak mendukung hilirisasi, digitalisasi. Tidak mendukung optimalisasi sumber daya manusia, makan siang gratis, IKN, ya mungkin orang yang tak mendukung itu. Itu kan yang menjadi tema-tema utama kampanye Pak Prabowo dan Mas Gibran," ucapnya.
Baca Juga:
Kendati demikian, Budiman tak menganggap semua orang yang berada di partai luar koalisi termasuk toxic itu. Sebab, sikap menentang prinsip keberlanjutan itu biasanya dilakukan oleh tiap individu, bukan partai.
"Bisa saja, misalnya nih, contohkan NasDem. Mungkin ada orang dari NasDem yang secara individual sebenarnya mendukung program-program kita. Bisa saja seperti itu, misalnya seperti itu," pungkasnya.