Suara.com - Warga kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, memiliki tradisi tahunan untuk memperingati malam Nuzulul Quran, yakni tradisi "dilah jojor".
Dilah atau dile dalam bahasa setempat berarti lampu, sedangkan jojor adalah obor kecil. "Jadi "dilah jojor" adalah obor kecil hasil kreasi masyarakat yang terbuat dari batang bambu, minyak, dan kapas," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Mataram H Abdul Latif Najib di Mataram, Rabu (16/7/2014) kepada Antara.
Dan tahun ini, festival "dilah jojor" itu akan dilaksanakan pada malam tanggal 27 Ramadan atau pada Kamis (24/7/2014) malam. Pemilihan tanggal ini karena tradisi menyalakan "dilah jojor" dilakukan pada setiap malam ganjil 10 hari terakhir di bulan Ramadan.
Untuk menyemarakkan kegiatan itu, Disbudpar Mataram telah melakukan sosialisasi melalui lurah dan kepala lingkungan agar ikut berpartisipasi melestarikan tradisi budaya di Kota Mataram. Tradisi menyalakan "dilah jojor" sudah menjadi tradisi turun temurun di Kota Mataram, terutama di sejumlah kelurahan atau lingkungan yang mayoritas warganya adalah penduduk asli.
Tradisi tersebut biasanya dikenal dengan tradisi maleman, namun belakangan tradisi menyalakan "dilah jojor" pada`saat maleman kerap kali diganti dengan lampu lilin atau lampu templek. "Oleh karena itu, festival ini kami gagas agar warga Kota Mataram tetap mempertahankan dan melestarikan kekayaan budaya yang kita miliki," tegas Abdul Latif.