Sedangkan di sekitaran mausoleum, G Marcina sengaja membuat komplek pemakaman marga Khouw yang lainnya, mengingat pasangan suami istri ini tidak memiliki keturunan hingga akhir hayatnya. Dulu di zaman Hindia Belanda, lanjut Adjie, marga Khouw adalah keluarga keturunan Tionghoa yang populer.
Setelah menjelaskan secara detail, tentang mausoleum, Adjie juga mengajak para peserta turun ke ruang bawah tanah, yang berada persis di bawah bangunan tersebut. Ia menjelaskan bahwa tempat tersebut adalah tempat penyimpanan abu O.G Khouw dan Lim Sha Nio.
Perlahan, kami mulai menuruni tangga megah dengan bentuk melingkar, yang terdapat di bagian belakang mausoleum. Kami pun mulai memasuki ruangan seluas lima meter yang mirip dengan sebuah lorong.
Terdapat sepasang patung dinding, yang diduga adalah wajah O.G Khouw dan istrinya, Lim Sha Nio. Di tengahnya terdapat ruang besar yang tak memiliki pintu, dilapisi marmer putih.
"Bangunan ini sebenarnya sangat terencana, dengan lubang untuk aliran air agar tak banjir, lubang ventilasi udara, dan panel listrik. Sayang sudah tak berfungsi, dan pintunya yang terbuat dari jati gagang dari kuningan sudah hilang," kata Adjie.
Selesai melihat ruang bawah tanah, Adjie juga mengatakan, bahwa pada masa lalu wilayah ini adalah tanah yang disewakan oleh pemerintah Belanda, sehingga banyak kalangan bangsawan pada masanya menyewanya untuk makam.
Selain makam orang-orang Belanda TPU Petamburan kini akhirnya menjadi makam khusus unit Kristen. Selain itu, pengunjung yang senang dengan wisata sejarah dan pemakaman, juga masih bisa menemukan makam abu orang-orang Jepang, makam orang yahudi, bahkan makam muslim di tempat ini.
Baca Juga: Dikecam, Kelompok Intoleran Bubarkan Kebaktian Gereja HKBP