Hal ini juga dibuktikan hotel Le Riad Yasmine di Marrakesh, yang mendadak viral dan kebanjiran tamu berkat foto yang diambil influencer di sana.

3. Memproduksi konten untuk sponsor tidak semudah kelihatannya
Influencer kerap dianggap sebagai seseorang yang hobi meminta sponsor demi mencari uang.
Kenyataannya, para influencer sukses tidak boleh sembarang meminta-minta. Sebaliknya, mereka harus melewati seleksi lebih dulu sebelum mendapat sponsor.
Setelah diterima pun, para influencer ini akan mendapat instruksi ketat soal apa yang harus dilakukan, apa yang harus ditulis, dan kapan konten tersebut harus diunggah.
"Influencer harus bekerja lebih keras dari biasanya, menjadi seorang produser dan direktur kreatif demi membuat konten yang segar dan menarik bagi konsumen," ujar Williams, CEO sebuah platform seleksi untuk para influencer.
Dengan kata lain, proses membuat konten untuk sponsor adalah pekerjaan yang panjang dan tidak bisa sembarang dilakukan.
4. Tidak semua influencer mau bekerja keras
Terlepas dari ketiga fakta di atas, tak semua influencer mau repot dan bekerja keras. Influencer macam inilah yang kerap membuat masalah dan tidak disukai oleh sesama influencer.
Baca Juga: Yuk Berburu Barang Preloved Milik Selebgram dan Influencer di Sini
"Ada banyak influencer di luar sana yang hanya mengunggah foto bikini dan mendapat 10.000 likes."
"Kami mendukung mereka yang bekerja dengan baik, tapi percayalah bahwa tidak semua influencer mau bekerja keras. Bekerja di industri ini membuat kami belajar siapa yang baik dan siapa yang tidak."

5. Kebanyakan orang yang benci influencer sebenarnya merasa iri
Para influencer yang berulah buruk dan melakukan hal negatif mungkin memang pantas mendapat kritik.
Namun, sebagian besar influencer yang sudah bekerja keras demi membangun nama baik tidak setuju jika mereka semua pantas dibenci.
Ya, beberapa influencer memang melakukan hal buruk. Namun, begitu pula halnya dengan orang-orang di industri lainnya. Bedanya, kesalahan influencer lebih mudah dideteksi publik.