Selain itu, belajar di sekolah juga pasti lebih menyenangkan bagi anak dan memudahkan mereka menyerap pembelajaran yang diberikan gurunya. Kemudian, orangtua pun bisa lebih fokus untuk bekerja.
"Saat ini kita hanya perlu bersabar dan berdoa, dan kita juga harus tetap menjaga kesehatan kita dan keluarga. Kemudian kita juga harus bisa menciptakan suasana yang menyenangkan bersama anak meskipun hanya berada dirumah saja," tambahnya.
Menanggapi hal itu, psikolog Liza Marielly Djaprie menilai bahwa dampak pandemi memang membuat semua orang menjadi stres, terutama seorang ibu sebagai pekerja yang mengalami burnout selama berada di rumah.
“Memang di kondisi saat ini, wanita itu ada kecenderungan lebih stres (burnout) meningkat daripada pria. Kenapa? Karena sekarang beban tanggung jawab pada wanita, khususnya seorang ibu, jadi lebih banyak lagi aktivitasnya,” bebernya.
Dia menambahkan, saat pandemi, ibu tidak hanya berperan sebagai ibu rumah tangga saja, tetapi mungkin sebagai pencari nafkah, kemudian juga harus jadi guru untuk anaknya, dan jadi tukang masak untuk suaminya. Sehingga ini menjadi beban tambahan pada mereka.
Lebih lanjut, kata Liza, gejala parental burnout secara umum terbagi menjadi tiga, yakni secara fisik tidak bisa merawat diri sendiri, perubahan perilaku dari hal yang sederhana seperti terlambat bangun dan marah-marah, dan secara emosi jadi mudah iritasi serta menghindar.
“Mulai marah-marah dan meminta anak buat belajar sendiri, sudah tidak ingin mendampingi. Paling terlihat di perilaku marah-marah ya, karena sudah jenuh dan over-hectic. Sampai tidak ada ide mau ngapain dan ada perasaan tidak ada apresiasi,” ucap dia.
Terlepas dari itu, Liza menyarankan untuk mengatasi parental burnout pada seorang ibu dengan melakukan survive, yaitu identifikasi dulu kadarnya, jika masih bisa self healing mungkin bisa lakukan me time ke suatu tempat. Tetapi jika sudah tidak bisa, maka segeralah berkonsultasi ke ahlinya.
“Pertama itu seorang ibu harus menyadari dulu, ketika memang mencapai titik jenuh atau bahkan sebelum sampai titik itu. Kemudian, konsultasikan dengan pasangan, atau keluarga terdekat, lalu mungkin juga bisa dengan memberikan waktu untuk si ibu ini untuk melepas lelah tersebut,” pungkasnya.
Baca Juga: Parental Burnout, Ketika Orangtua Lelah Fisik dan Mental