Suara.com - Sebuah tantangan bernama Blue Poop Challenge viral di media sosial, salah satunya TikTok dan membuat orang di seluruh dunia terpikat. Namun, sebelum kamu berpikir itu adalah tren tidak berguna, yang satu ini mungkin sebenarnya bermanfaat.
Dilansir News.com.au, persis seperti namanya, #blupoopchallenge melibatkan makan dua muffin (dengan pewarna makanan), yang nantinya akan menentukan apakah kotoranmu membiru.
Tantangan ini sebenarnya dikembangkan oleh para ilmuan untuk mendorong banyak orang mendapatkan wawasan tentang kesehatan usus mereka sendiri.
Bagaimana cara kerjanya? Kamu bisa membuat muffin sendiri di rumah dengan menggunakan resep bluepoop.
Lalu kamu harus menjadwal makan dua muffin berwarna biru di pagi hari. Selanjutnya tunggu, hingga kamu ingin buang air besar dan perhatikan warnanya. Jika berwarna biru atau hijau, catat waktunya.

Setelah kamu menentukan warna kotoranmu, kamu dapat menemukan 'kepribadian kotoran'mu melalui situs web perusahaan perawatan kesehatan ZOE, siapa di balik tantangan tersebut.
Resepnya mencakup bahan-bahan seperti gula pasir, ekstrak vanilla, dan baking powder, sesuatu yang menurut ZOE tidak akan kamu makan setiap hari, tetapi karena ini adalah eksperimen sains, tak ada salahnya untuk mencobanya.
Resepnya juga dapat diubah (menjadi bebas gluten) tetapi Zoe menyarankan untuk tetap menggunakan pewarna biru yang cukup.
Mengapa mengukur kesehatan usus melalui kotoran?
Baca Juga: Distribusi Vaksin Covid-19 Sampai Pelosok Jadi Tantangan Tersendiri
Dr Sarah Berry, pemimpin ilmu nutrisi di King's College London, yang bekerja dengan ZOE dalam menerbitkan sebuah penelitian di British Medical Journal, meminta ribuan peserta untuk makan muffin biru yang disiapkan secara khusus.
Hal ini memungkinkan mereka dapat mengukur waktu transit (waktu yang dibutuhkan makanan untuk melewati usus) mereka.
"Ada beberapa cara ilmiah untuk mengukur waktu transit usus, seperti menelan kapsul khusus atau perangkat nirkabel kecil," kata Dr Berry dalam sebuah pernyataan.
“Namun metode ini rumit dan invasif serta tidak dapat dengan mudah dilakukan di rumah. Data kami menunjukkan bahwa waktu transit, dilacak dengan pewarna biru, merupakan indikator kesehatan usus, dan lebih baik daripada metode non-invasif lainnya tersedia," jelasnya.
Para ilmuwan menemukan bahwa waktu transit seseorang bervariasi, mulai kurang dari 12 jam hingga beberapa hari, dengan waktu rata-rata sekitar 29 jam.
Tes mengungkapkan bahwa waktu transit yang lebih pendek umumnya dikaitkan dengan kesehatan yang lebih baik, lebih sedikit lemak perut, dan respons yang lebih sehat terhadap makanan, menurut ZOE.