Selanjutnya karena bintang besar ini memiliki punya gravitasi, akibatnya ada material matahari yang tertarik keluar.
Material yang tidak terseret jauh, berhasil kembali masuk dan bergabung dengan matahari. Tetapi, material yang terseret jauh akhirnya hanya mengambang di angkasa.
Kemudian, material-material yang mengambang ini lama-kelamaan mengumpul, menyatu, dan mengeras sehingga menjadi berbagai planet dan penyusun sistem tata surya lainnya.
3. Teori Pasang Surut
Teori pasang surut ini serupa dengan planetesimal. Teori ini dikemukakan oleh James dan Jeffreys. Pada teori ini, matahari dianggap sebagai bintang yang memang sudah ada, hanya saja masih belum diputuskan kalau namanya adalah matahari.
Selanjutnya, lewatlah satu bintang besar yang mengorbit dekat dengan matahari. Apabila dalam teori planetesimal, gravitasi bintang besar ini membuat material-material matahari tertarik, dalam teori pasang surut, gravitasi bintang besar yang lewat ini menarik gelombang pasang gas-gas panas matahari.
Gelombang gas-gas matahari yang tertarik ini kemudian membentuk filament yang pada akhirnya menjadi cikal bakal planet dan penyusun sistem tata surya lainnya.
4. Teori Bintang Kembar
Teori ini cukup 'unik' dan berbeda, dikemukakan oleh Raymond Arthur Lyttleton, seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris pada tahun 1956. Menurutnya, sebelum galaksi terbentuk, terdapat dua 'bintang raksasa' di luar angkasa. Itulah sebabnya teori ini disebut bintang kembar.
Lalu, salah satu dari dua bintang ini meledak dan hancur membentuk serpihan berupa batuan, gas, debu, dan berbagai material lainnya.
Kemudian, pecahan dari bintang yang meledak tersebut mengambang-ambang di angkasa dan perlahan-lahan mengorbit ke bintang yang masih utuh.
Baca Juga: Warna Asli Matahari: Kalau Memang Tidak Kuning, Lantas Apa?
Pecahan-pecahan dari bintang yang meledak itu lama kelamaan menjadi planet beserta penyusun sistem tata surya lainnya, sementara bintang yang masih utuh (tidak meledak) kemudian menjadi matahari.
5. Teori Awan Debu
Teori Awan Debu (The Dust-Cloud Theory) pada awalnya dicetuskan oleh Carl Friedrich von Weizscker, kemudian teori ini 'disempurnakan' lagi oleh Gerald Peter Kuiper.
Pada dasarnya, mereka mengatakan kalau tata surya terbentuk dari gumpalan awan dan debu dengan jumlah yang sangat banyak, yang berputar menyerupai cakram, lalu berubah bentuk menjadi planet dan matahari.
Pada teori Awan Debu, proses yang terjadi adalah pemampatan atau penggumpalan. Pada proses pemampatan ini, partikel debu tertarik ke bagian pusat awan, membentuk bola, dan lama kelamaan menjadi cakram.
Lalu, partikel yang berada di tengah cakram saling menekan, lalu menimbulkan panas dan menjadi pijar. Bagian tengah ini, kemudian menjadi matahari.
Sementara bagian luarnya berputar dengan sangat cepat, lalu sampai pada titik di mana mereka terpental dan terpecah menjadi gumpalan yang lebih kecil.