"Kita lagi coba buat toilet di atas, ada semprotan untuk bilas perempuan, kita siapkan, mungkin ke depan kita akan beli. Jadi di atas puncak Gunung Kembang bisa pipis dengan nyaman," jelasnya.
3. Alat dan Fisik Tak Mumpuni Dilarang Mendaki
Persiapan fisik dan peralatan juga jadi syarat utama mendaki Gunung Kembang, tujuannya untuk meminimalisir kecelakaan selama perjalanan dan mencegah hal yang tidak diinginkan.
Sehingga jangan aneh ketika datang ke posko pendaftaran gunung yang bersebelahan dengan Gunung Prau ini, peralatan akan diperiksa dengan seksama secara ketat.
"Kalau belum lengkap, maka wajib mnyewa di lokasi, seperti peralatan dasar yang dibutuhkan ada ceklisnya. Seperti tenda sesuai kapasitas, sleeping bag, sepatu mendaki, carrier, jaket, sarung tangan, dan sebagainya," tutur salah satu pendaki senior ini.
Kesiapan fisik, berupa surat dokter atau pemeriksa suhu atau alat pemeriksa tekanan darah (tensi), juga ada di lokasi pendaftaran. Sehingga mereka yang tidak memenuhi syarat dilarang mendaki.
"Karena pendaki itu akan dikasih perbekalan dulu, saat datang mereka juga diminta menginap dulu di posko, agar tubuh fit dan cukup beristirahat sebelum mendaki," ungkap Kang Galih.
4. Ada Gunung Lain yang Akan Diadopsi
Tidak hanya di Gunung Kembang, menurut Kang Galih, ada beberapa gunung di Indonesia yang akan dimasukan dalam program adopsi gunung, bekerjasama dengan komunitas pendaki dan masyarakat sekitar. Seperti Gunung Burangrang di Jawa Barat, Gujung Talamau di Sumatera Barat, dan sebagainya.
Baca Juga: Erupsi Gunung Anak Krakatau Bisa Picu Tsunami, BRIN Imbau Masyarakat Waspada
"Memang membutuhkan peran serta masyarakat dan komunitas pendaki di sekitar. Kunci membuat gunung bebas sampah adalah ketat, tegas, dan konsisten," tutupnya.