Apakah Perselingkuhan Harus Berujung Perceraian?

Risna Halidi Suara.Com
Sabtu, 18 Juni 2022 | 08:05 WIB
Apakah Perselingkuhan Harus Berujung Perceraian?
Ilustrasi bercerai (Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perselingkuhan dapat merusak fondasi pernikahan dan berpotensi menyebabkan perceraian. Menurut survei yang dilakukan Teman Bumil dan Populix terhadap 1.943 responden, 9 dari 10 setuju bahwa perselingkuhan adalah kesalahan fatal yang dapat menghancurkan pernikahan.

Perselingkuhan sendiri dapat menyebabkan patah hati, kehancuran, kesepian, dan kebingungan pada salah satu atau kedua pihak dalam pernikahan. Mayoritas responden pun merasa pantas jika perselingkuhan menjadi alasan perceraian.

Sementara 64 persen di antaranya merasa bahwa perceraian itu menyakitkan, tetapi perlu dilakukan karena pernikahan sudah tidak sehat. Sedangkan sebagian kecil dari mereka atau sekitar 21 persen, merasa bahwa perceraian tidak patut dilakukan karena menyakiti anak-anak.

Menaggapi hal tersebut, konselor pernikahan Indra Noveldy mengatakan bahwa setiap orang berhak memilih jalan berpisah jika perselingkuhan terjadi. Walau begitu, tetap ada harapan pernikahan bisa dibenahi dan bertahan dengan perjuangan, serta melalui waktu yang tidak sebentar.

"Jika memutuskan untuk konseling, kedua belah pihak akan diajak banyak transformasi dan introspeksi diri. Itulah mengapa tidak banyak orang yang kuat menjalani prosesnya," kata Indra dikutip dari siaran pers Teman Bumil, Jumat (17/6/2022).

Lalu, berapa lama boleh berduka jika menjadi korban perselingkuhan? Kata Indra, minimal waktu yang bisa diberikan adalah enam sampai 12 bulan. Apalagi, menjadi korban perselingkuhan bukan hanya menyebabkan duka, tapi juga perlu disertai dengan proses penyembuhan.

"Jika hanya merasa berduka, seseorang hanya akan cenderung mengasihani diri. Dalam proses penyembuhan ini, sadarilah bahwa diri sedang berduka, marah, sakit hati, dan terluka," kata Indra lagi.

Ia pun meminta korban perselingkuhan untuk tidak menekan, mematikan, atau menyangkal perasaan, tapi menghadapi semuanya sampai masuk ke fase menerima. Setelah masuk ke fase menerima, di situlah perjalanan penyembuhannya sudah semakin bergerak maju.

Indra pun menegaskan bahwa kunci untuk sembuh dari luka perselingkuhan adalah keluar dari mentalitas korban. Tak perlu menunggu pelaku untuk meminta maaf dulu atau mematok suatu ketetapan tertentu.

Baca Juga: Gokil! Diundang ke Pernikahan Teman Masa Kecil, Rombongan Pria Pakai Kostum Bocil sampai Bawa Amplop Daun

"Untuk sembuh adalah tanggungjawab yang punya luka, yaitu diri sendiri. Semua orang punya dua pilihan: Mau terus sakit dan menderita atau memilih untuk sembuh. Kalau mau sembuh, cabut rasa sakit itu dari diri atau cari bantuan pihak ketiga untuk membantu mencabutnya," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI