Hal ini terjadi pada saat minuman yang dimaniskan dengan gula dikenakan pajak yang luas untuk mengurangi kandungan gulanya karena dampak negatifnya terhadap kesehatan. Hasilnya, banyak produk susu formula yang disertakan dalam penelitian kami mengandung gula hampir dua kali lipat dibandingkan minuman terkenal seperti Fanta Orange.
Mendapatkan informasi dari label produk susu formula ini sulit dilakukan karena font yang digunakan kecil dan fakta yang diberikan bervariasi antar negara. Misalnya, beberapa produk mencantumkan kandungan gula per 100g sementara produk lainnya mencantumkan kandungan gula per 100kkal. Hal ini terjadi meskipun ada pedoman, misalnya di Inggris, yang menyatakan bahwa nilai harus dinyatakan dalam kJ/kkal per 100 ml.
Terdapat juga peraturan yang diterapkan untuk membatasi pemasaran produk susu formula bayi karena ini bukan cara terbaik untuk memberi makan bayi yang sedang tumbuh. Namun sebagian besar dari peraturan ini merupakan kode praktik sukarela yang tidak harus dipatuhi oleh produsen.
Bahkan pedoman yang ditegakkan oleh hukum dapat dikesampingkan oleh produsen, karena pedoman tersebut tidak diawasi secara ketat dan memiliki celah. Dalam beberapa kasus, produsen sendiri bahkan mempengaruhi perkembangannya.
Misalnya, terungkap bahwa industri ini telah mendanai penelitian kesehatan bayi dan memberikan produk susu formula gratis kepada dokter. Hal ini hampir pasti membantu memastikan bahwa penjualan mereka terpengaruh sesedikit mungkin oleh pedoman tersebut. Hal ini memungkinkan penjualan produk susu formula meningkat di seluruh dunia.
Kode Internasional Pemasaran Pengganti ASI dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa produk susu formula bayi tidak boleh dipromosikan melebihi pemberian ASI. Di Inggris, pedoman tersebut menyatakan bahwa label pada produk yang ditujukan untuk bayi di bawah enam bulan tidak boleh menyertakan gambar bayi atau gambar lain yang mengidealkan penggunaannya.