Suara.com - Nurhayati Subakat adalah seorang pengusaha perempuan asal Padang Panjang, Sumatera Barat, yang dikenal luas sebagai pendiri PT Paragon Technology and Innovation (PTI). Banyak yang penasaran dengan rumah Nurhayati Subakat, mengingat nilai kekayaannya yang terbilang fantastis.
Nurhayati merupakan pelopor kosmetik halal di Indonesia melalui merek Wardah, yang kini menjadi salah satu brand kecantikan lokal terkemuka. Simak informasi lengkap mengenai sosoknya berikut ini.
Profil Nurhayati Subakat
Lahir pada 27 Juli 1950, Nurhayati memulai perjalanan hidupnya dari keluarga sederhana hingga berhasil membangun kerajaan bisnis yang menginspirasi banyak orang.
Nurhayati menyelesaikan pendidikan menengahnya di Pondok Pesantren Diniyyah Puteri, Padang Panjang, sebelum melanjutkan sekolah di Kota Padang. Kecerdasannya membawanya diterima di jurusan Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB) dan lulus pada tahun 1975. Di kampus tersebut, ia bertemu dengan Subakat Hadi, pria asal Kebumen yang menjadi suaminya pada tahun 1978.
Setelah menyelesaikan pendidikan farmasi, Nurhayati bekerja sebagai apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M. Djamil, Padang. Kehidupannya berubah saat ia pindah ke Jakarta mengikuti sang suami.
Di sana, ia bekerja di perusahaan kosmetik Wella sebagai staf pengendalian mutu sebelum akhirnya memutuskan berhenti bekerja untuk fokus mengurus keluarga. Namun, keinginannya untuk berwirausaha mulai tumbuh karena ia ingin mengaplikasikan ilmu farmasinya.
Perjalanan Karier Nurhayati Subakat
Nurhayati memulai usahanya dengan memproduksi sampo rumahan bermerek Putri, yang ia pasarkan ke masyarakat secara langsung. Usahanya yang berawal dari rumah didukung oleh dua pegawai yang merupakan asisten rumah tangganya.
Namun, perjalanan tidak selalu mulus. Pada April 1990, rumah sekaligus pabriknya habis terbakar. Meski kehilangan seluruh asetnya, Nurhayati tetap bangkit demi kelangsungan hidup karyawannya.
Dengan semangat yang kuat, Nurhayati memulai kembali usahanya dari nol dengan meminjam modal dari bank milik negara. Dalam waktu kurang dari setahun, ia berhasil membangun pabrik baru dan melanjutkan usahanya. Langkah pertamanya setelah kebangkitan adalah memberikan THR kepada karyawannya, sebuah bentuk kepedulian yang menjadi ciri khasnya.
Lima tahun setelah kebakaran, Nurhayati memulai bisnis di bidang kosmetik dengan meluncurkan merek Wardah pada tahun 1995. Namun, peluncuran produk pertamanya tidak berjalan mulus. Kerja sama dengan pesantren yang ia jalin tidak berhasil karena santri tidak menggunakan kosmetik.
Ia kemudian mencoba memasarkan produknya melalui iklan di koran lokal, tetapi hasilnya juga belum memuaskan. Hingga akhirnya, dua distributor datang dan bersedia mendistribusikan produknya, yang menjadi titik awal Wardah dikenal luas.