Benarkah Merokok Berlebihan Bisa Rusak Kesehatan Mental? Ini Faktanya

Riki Chandra Suara.Com
Sabtu, 22 Maret 2025 | 22:42 WIB
Benarkah Merokok Berlebihan Bisa Rusak Kesehatan Mental? Ini Faktanya
Bahaya merokok bagi kesehatan mental. [Dok. Antara]

Oleh karena itu, penting bagi para perokok untuk mulai mempertimbangkan dampak negatif merokok terhadap kesehatan mental, selain risiko penyakit fisik yang sudah banyak diketahui.

Berhenti Merokok Kurangi Kecemasan

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam The British Journal of Psychiatry menemukan bahwa berhenti merokok dapat menurunkan tingkat kecemasan secara signifikan.

Studi ini dilakukan terhadap 500 perokok yang menjalani terapi berhenti merokok, di mana 68 orang yang berhasil berhenti dalam enam bulan menunjukkan penurunan kecemasan yang mencolok.

Berhenti merokok bisa mengurangi rasa cemas. [Dok. Antara]
Berhenti merokok bisa mengurangi rasa cemas. [Dok. Antara]

Dampak dari berhenti merokok ini berpengaruh besar terhadap suasana hati dan rasa cemas yang berlebihan, dibandingkan dengan mereka yang tetap merokok untuk kesenangan semata.

Para ilmuwan dari Universitas Cambridge, Oxford, dan King’s College London menyatakan bahwa temuan ini harus dijadikan dorongan bagi perokok untuk menghentikan kebiasaan mereka.

Namun, penelitian ini tidak berlaku bagi penderita gangguan suasana hati tertentu, sebagaimana diberitakan oleh BBC.

Para ilmuwan juga menyebutkan bahwa banyak perokok yang menjadikan kebiasaan ini sebagai cara untuk mengatasi kecanggungan atau rasa cemas.

Studi lain yang dilaporkan oleh health.com juga menemukan bahwa berhenti merokok tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga meningkatkan kesehatan mental.

Para peneliti menganalisis data dari 4.800 perokok di Amerika Serikat yang mengikuti dua survei terpisah dalam kurun waktu tiga tahun.

Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang mengalami kecanduan atau gangguan mental pada survei pertama cenderung mengalami perbaikan pada survei kedua jika mereka berhasil berhenti merokok.

Dalam survei pertama, 40 persen peserta memiliki gangguan suasana hati atau kecemasan, 50 persen mengalami masalah alkohol, dan 24 persen memiliki riwayat penyalahgunaan narkoba.

Pada survei kedua, hanya 29 persen dari mereka yang berhenti merokok masih mengalami gangguan suasana hati, dibandingkan dengan 42 persen dari mereka yang tetap merokok.

Sementara itu, masalah alkohol berkurang menjadi 18 persen dari kelompok yang berhenti, dibandingkan dengan 28 persen yang masih merokok.

Begitu pula masalah narkoba. Hanya dialami oleh 5 persen dari mereka yang berhenti, dibandingkan dengan 16 persen yang masih merokok.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI