Suara.com - Ashanty membagikan pengalamannya usai mencoba berpuasa selama 100 jam berturut-turut. Melalui video yang Ashanty unggah, ia mengklaim bahwa dampak puasa 100 jam yang ia ikuti membuat tubuhnya semakin sehat dan ia merasa lebih bugar ketimbang sebelum mencoba puasa ekstrem ini.
"Alhamdulillah banget aku ngerasa badan aku lebih sehat dari yang dulu. Ini udah puasa 96 jam, udah hari keempat hampir 100 jam loh aku udah puasanya," curhat Ashanty melalui video unggahannya di Instagram, dikutip Selasa (22/4/2025).
Istri Anang Hermansyah ini merasa tak terbebani sama sekali dengan puasa yang ia jalani.
Tak cukup di situ, Ashanty mengaku alasan dirinya berpuasa ekstrem adalah untuk memulihkan moon face alias wajahnya yang membengkak karena sempat rutin mengonsumsi obat autoimun.
Ia sontak berkonsultasi dengan beberapa dokter terkait puasa ekstrem yang ia jalani dan ternyata mendapat lampu hijau.
"Aku mau cerita karena aku dulunya minum obat autoimun jadi kalau minum obat steroid itu bikin kita moon face. Aku udah gak minum obat steroid lagi. Apa yang menyembuhkan aku dari obat steroidnya ya berpuasa," jelas Ashanty.
Klaim Ashanty tentu masih diperdebatkan oleh dunia medis, lantaran ia menjalankan puasa dengan jangka waktu yang sangat panjang.
Lantas, apa dampak dari berpuasa hingga 100 jam seperti Ashanty?
Bisa bakar lemak, tetapi korbankan massa otot
Baca Juga: Niat Puasa Senin Kamis di Bulan Syawal dan Bacaan Doa Berbuka
Tim media kesehatan Healthline menjelaskan bahwa memang studi terkait puasa jangka panjang seperti yang dilakukan oleh Ashanty sangat terbatas.
Namun, ada beberapa jurnal medis yang mendukung fakta bahwa berpuasa jangka panjang dalam batas waktu 48 jam bisa membantu mengurangi berat badan, penurunan lemak tubuh, hingga menstabilkan sensitivitas insulin dan gula darah.
Sekilas dampak positif tersebut menggiurkan bagi mereka yang ingin turun berat badan secara singkat.
Namun artikel yang sama juga mencatat bahwa ada beberapa orang-orang yang disarankan untuk tidak ikut-ikutan Ashanty, yakni mereka yang menderita diabetes tipe 1, penderita tekanan darah rendah, orang yang underweight atau dengan berat badan di bawah standar normal, ibu hamil, dan orang-orang yang mengonsumsi obat tertentu.
Sebab tercatat bahwa puasa dalam jangka waktu yang panjang membuat orang akan merasa kelaparan berlebih dan tak memiliki energi.
Artikel kesehatan Levels yang ditinjau oleh dr. Rich Joseph juga menemukan studi yang serupa.
Orang-orang yang tubuhnya dalam keadaan normal boleh melakukan puasa dalam jangka panjang lantaran membantu menurunkan kadar lemak dalam tubuh.
Studi yang dikumpulkan oleh Levels menunjukkan bahwa terjadi pembakaran lemak pada tubuh orang-orang yang berpuasa dalam jangka panjang dan hanya meminum air putih.
Tubuh akan memproduksi keton yang membantu tubuh untuk mengonsumsi lemak yang tersimpan sebagai cadangan energi.
Alhasil, lemak di tubuh akan dipakai sebagai sumber energi saat tubuh berpuasa.
Namun beberapa studi menunjukkan bahwa orang yang berpuasa dalam jangka panjang juga berisiko akan kehilangan massa otot.
Beberapa kasus menunjukkan otot digunakan oleh tubuh sebagai cadangan makanan ketika tubuh tak mampu memproduksi keton.
Artikel tersebut juga menekankan agar sebelum memulai berpuasa, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Dokter akan meninjau kondisi tubuh sehingga bisa menentukan seberapa lama tubuh boleh berpuasa.
Adapun dalam kasus Ashanty, kemungkinan dokter pribadinya telah memberi lampu hijau lantaran menilai tubuh sang artis sanggup untuk berpuasa dalam waktu berhari-hari.
Namun bagi mereka yang ingin mulai berpuasa, baiknya dilakukan setengah hari hingga maskimal 24 jam atau sesuai dengan kemampuan tubuh.
Kontributor : Armand Ilham