Suara.com - Hari Kartini yang jatuh setiap 21 April selalu menjadi momen reflektif bagi bangsa Indonesia, terutama dalam hal emansipasi perempuan dan peran mereka dalam pembangunan.
Namun, pada peringatan kali ini, pidato Selvi Ananda, istri Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, justru menyita perhatian karena gaya penyampaiannya yang dinilai membingungkan publik.
Dalam sebuah acara peringatan Hari Kartini, Selvi Ananda menyampaikan bahwa masyarakat—terutama generasi yang lebih senior—seharusnya tidak hanya fokus mengajarkan generasi Z, tetapi juga belajar dari mereka, terutama dalam hal penggunaan teknologi.
“Kita yang senior-senior ini bukan berarti harus terlalu mengajarkan kepada Gen Z, tapi kita juga bisa belajar dari generasi ini. Bagaimana kita bisa menggunakan teknologi-teknologi… Generasi Z ini sangat kritis, jadi kita juga bisa belajar dari generasi muda ini…,” ujar Selvi dalam pidatonya seperti dikutip akun X @BungkusTukang pada Rabu (23/4/2025)
Pernyataan tersebut sebenarnya menyimpan niat baik, mengajak masyarakat untuk lebih terbuka terhadap perkembangan teknologi dan menyadari bahwa Gen Z memiliki keunggulan tersendiri, terutama dalam literasi digital dan pemanfaatan teknologi.
Namun, alur kalimat yang berbelit dan pengulangan kata “generasi” yang cukup dominan, membuat pesan tersebut sulit dicerna oleh sebagian besar audiens, termasuk di media sosial X.
Reaksi netizen pun bermunculan, terutama setelah cuplikan pidatonya diunggah oleh akun X (dulu Twitter) @bungkustukang.
Beberapa komentar mencerminkan kebingungan yang sama. “Wis mbuhlah!,” tulis akun tersebut, yang kemudian dibalas netizen lain dengan nada bercanda: “Sakjane kowe ki ngomong opo toh ruuun run,” tulis @wan*****.
Ada pula yang mencoba menganalisis, “Topik dan catatannya penuh kata ‘generasi’, makanya Mbak Selvi-nya bingung... susah lepas dari kalimat ‘generasi’-nya,” ungkap akun @3wi****.
Baca Juga: Pulang ke Rumah Jokowi, Selvi Ananda Disentil usai Tampak Cuek ke Kerumunan Warga
Bahkan, ada yang menyinggung soal kritik terhadap pemerintah, “Mengharapkan ada generasi yang kritis. Di kritisi ngamuk... Coba kasih tahu ke Presiden, bagaimana menghadapi orang yang kritis,” tulis @kwa****.
Namun, di balik kekacauan dalam penyampaian, ada poin penting yang layak digarisbawahi, pentingnya kolaborasi antargenerasi. Dunia saat ini bergerak cepat, dan teknologi menjadi poros utama perubahan.
Gen Z, yang lahir dan tumbuh dengan internet, media sosial, serta kecerdasan buatan, jelas memiliki keunggulan dalam hal ini. Mereka cepat beradaptasi, kreatif, dan cenderung lebih berani menyuarakan pendapat.
Di sisi lain, generasi yang lebih tua punya pengalaman hidup, kedewasaan dalam berpikir, serta pemahaman yang lebih luas tentang konteks sosial dan sejarah. Jika dua kekuatan ini dipadukan, maka impian menuju “Indonesia Emas 2045” bukan hal mustahil.
Sayangnya, penyampaian pesan tersebut luput dari kesan profesional dan terstruktur, yang justru menjadi bumerang. Di era digital seperti sekarang, komunikasi publik menjadi penting—tidak hanya dari sisi isi, tapi juga cara penyampaian. Apalagi, jika disampaikan oleh tokoh publik seperti istri wakil presiden.
Bagi Selvi Ananda, mungkin ini bisa menjadi pelajaran berharga. Bahwa dalam perannya sebagai istri pejabat negara, setiap kata dan kalimat yang keluar akan menjadi sorotan. Namun di balik semua kehebohan ini, niat baik untuk mendorong masyarakat agar lebih melek teknologi dan lebih terbuka belajar dari Gen Z tetap layak diapresiasi.