Suara.com - Penyebab keracunan massal yang menimpa ratusan siswa penerima program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Bogor, Jawa Barat akhirnya terungkap.
Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, menerima laporan dari Labkesda Kota Bogor yang telah melakukan pemeriksaan pada hidangan Makan Bergizi Gratis yang disediakan oleh SPPG Bina Insani.
Ditemukan dua jenis bakteri penyebab keracunan yakni Escherichia coli (E.coli) dan Salmonella yang sudah diteliti selama empat hari terakhir di Labkesda Kota Bogor.
Kedua jenis bakteri tersebut terdeteksi pada menu telur ceplok berbumbu barbekyu dan tumis tahu tauge, dimana kedua menu ini disajikan kepada 210 siswa yang kemudian mengalami gejala keracunan.
![Ilustrasi masak telur [freepik.com]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/05/13/65682-ilustrasi-masak-telur-freepikcom.jpg)
Fakta lain mengungkapkan bahwa kedua menu yang disajikan pada 210 siswa tersebut, dimasak pada malam hari, lalu disajikan pada para siswa keesokan harinya.
Dede mengatakan, waktu penyimpanan makanan yang panjang tanpa penanganan yang higienis diduga jadi salah satu faktor bersarangnya bakteri berbahaya, E.coli dan Salmonella.
Belajar dari kejadian tersebut diatas, dapat diambil suatu pelajaran bahwasanya menyimpan makanan di suhu ruangan dalam jangka waktu yang lama bisa menimbulkan resiko yang berbahaya.
Terlalu lama menyimpan makanan di dalam suhu ruangan hangat di negara beriklim tropis ini, menjadi tempat yang nyaman bagi bakteri berbahaya untuk berkembang biak.
Lalu, idealnya berapa lama makanan didiamkan di dalam suhu ruangan agar tak menimbulkan bahaya?
Baca Juga: 210 Siswa di Bogor Keracunan MBG, Bahan Baku dan Prosesing di SPPG Percontohan Jadi Biang Kerok

Dirangkum dalam berbagai sumber, dr Juwalita Sarapsari, Dokter Spesialis Gizi menjawab pula beberapa pertanyaan yang sempat dipertanyakan juga oleh ibu-ibu yang sering memasak di rumah.