Suara.com - Rasa penasaran tentang masa lalu pasangan pria kamu, termasuk pernikahan atau hubungan dengan mantan kekasih, memang sering kali muncul dalam pikiran.
Rasanya seperti membuka peta untuk melihat apakah dia layak dijadikan pasangan serius olehmu. Namun, benarkah itu caranya? Jawabannya, tidak selalu.
Menurut American Psychological Association (APA), membuka diri memang penting saat membangun hubungan. Namun, ada cara cerdas untuk melakukannya.
Dikutip dari Your Tango, berikut empat pertanyaan yang bisa kamu ajukan jika ingin tahu masa lalu pasangan, tanpa terlihat posesif atau insecure.
1. "Pelajaran apa yang kamu dapat dari hubunganmu sebelumnya?"

Setiap hubungan adalah entitas tersendiri. Di dalamnya ada pasangan kamu, sang mantan, dan hubungannya.
Fokuslah pada bagian apa yang pasangan kamu pelajari, bukan tentang mantannya atau detail hubungan yang mungkin membuatmu sakit hati.
Dari jawaban ini, kamu bisa melihat apakah pasangan kamu mampu merefleksikan pengalaman masa lalu secara dewasa.
- Apa yang ia petik dari kegagalan tersebut?
- Apakah itu membuatnya tumbuh jadi pribadi yang lebih baik?
- Apa yang akan ia bawa dari masa lalu untuk membangun masa depan yang lebih sehat?
2. "Satu hal penting yang aku pelajari dari hubungan terakhirku adalah... Kalau kamu sendiri gimana?"
Baca Juga: 5 Ciri-ciri Pasanganmu Punya Kecerdasan Emosional Rendah, Picu Hubungan Toxic

Cobalah memulai dengan berbagi. Beri contoh konkret tentang pelajaran berharga dari pengalamanmu, lalu undang dia untuk berbagi juga.
Ini bukan tempat untuk berkata, "Aku jadi enggak bisa percaya cowok lagi," ya. Justru, usahakan berbagi insight positif yang membentuk siapa kamu hari ini.
Ini juga kesempatan untuk menunjukkan nilai-nilai dalam hubungan yang kamu junjung. Misalnya kamu bisa bilang, "Aku belajar pentingnya komunikasi yang jujur dan terbuka."
Pernyataan itu bisa menjadi semacam nugget informasi yang memberi dia gambaran siapa dirimu sebagai pasangan.
3. "Pengalaman itu pengaruhnya apa ke kehidupan cintamu sekarang?"

Terkadang, obrolan masa lalu bisa tergelincir menjadi sesi curhat keluhan soal mantan. Kamu harus tahu cara mengarahkan percakapan agar tetap sehat dan membangun.
Jika mulai terasa seperti sesi membenci mantan, coba kembalikan ke fokus awal obrolan yang ingin kamu bangun dengan pasangan kamu.
"Kalau dipikir-pikir, setelah itu selesai, apa pelajaran yang kamu bawa?" atau "Dari situ, kamu jadi lebih selektif atau berubah cara pendekatan?".
Kalau dia masih terlalu fokus pada mantan setelah kamu arahkan, itu bisa jadi tanda dia belum benar-benar move on.
4. "Kalau kamu enggak mau cerita, enggak apa-apa, kok."

Tidak semua hal dari masa lalu perlu diungkapkan. Ada bagian dari cerita kita yang memang lebih baik disimpan dan itu tidak masalah.
Hubungan yang sehat bukan tentang membuka semua kotak masa lalu, melainkan tentang kesediaan untuk saling mengenal hari ini, tanpa beban masa lampau.
Terlebih lagi jika kalian sudah memasuki usia 40-an ke atas, penting untuk fokus terhadap apa yang bisa dibangun bersama sekarang.
Kapan waktu terbaik untuk membahas hal-hal ini? Bukan di kencan pertama, tentu saja. Namun, saat hubungan mulai menunjukkan arah yang lebih serius dan saling percaya.
Dengan demkian, membuka obrolan tentang masa lalu pasangan tidak harus penuh rasa curiga atau kecemasan.
Dengan pendekatan yang tepat, kamu bisa menggali banyak hal penting tentang dirinya, tanpa harus terjebak dalam drama masa lalu.
Ingat, kuncinya bukan pada siapa mantannya, tapi siapa dia sekarang dan bagaimana dia belajar dari perjalanan hidupnya.