2. Obesitas
Indeks massa tubuh yang lebih dari 30 dikaitkan dengan kadar vitamin D yang lebih rendah. Sel lemak menjaga vitamin D tetap terisolasi sehingga tidak dilepaskan.
Obesitas sering kali mengharuskan mengonsumsi suplemen vitamin D dalam dosis lebih besar untuk mencapai dan mempertahankan kadar normal.
3. Penyakit ginjal dan penyakit hati
Dua kondisi itu mengurangi jumlah enzim hepatik 25-hidroksilase dari hati dan 1-alfa-hidroksilase dari ginjal. Dua enzim itu dibutuhkan tubuh untuk mengubah vitamin D ke bentuk yang dapat digunakan.
Kekurangan salah satu enzim tersebut menyebabkan kadar vitamin D aktif dalam tubuh tidak memadai.
Pengobatan bagi Penderita Kekurangan Vitamin D
Tujuan pengobatan dan pencegahan kekurangan vitamin D adalah untuk mencapai dan kemudian mempertahankan kadar vitamin D yang cukup dalam tubuh.
Dokter biasanya akan memberikan resep kepada pasien untuk mengonsumsi suplemen vitamin D. Pasien juga bisa mengonsumsi makanan kaya nutrisi tersebut serta sering-sering terpapar sinar matahari pagi.
Vitamin D tersedia dalam dua bentuk yakni D2 dan D3. D2 (ergocalciferol) berasal dari tumbuhan. D3 (cholecalciferol) berasal dari hewan. Dua jenis vitamin tersebut yang mudah diserap tubuh.
Baca Juga: 11 Langkah Sederhana untuk Mengurangi Konsumsi Gula
Pasien memerlukan resep dokter untuk mengonsumsi vitamin D2, tetapi obat D3 biasanya tersedia di apotek.