Suara.com - Penemuan ikan purba coelacanth (Latimeria menadoensis) di perairan Maluku Utara menjadi tonggak penting dalam riset biodiversitas laut dalam Indonesia.
Spesies yang kerap disebut “fosil hidup” ini kembali menarik perhatian setelah tim peneliti dari Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, bekerja sama dengan Underwater Scientific Exploration for Education (UNSEEN), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta Universitas Udayana dan Universitas Khairun, mengupayakan pengembangan kawasan konservasi perairan laut dalam untuk melindungi habitatnya.
“Coelacanth termasuk spesies yang dilindungi (CITES Appendix II). Namun habitatnya perlu dilindungi agar tidak punah, karena jumlah individunya terbatas secara global,” kata ilmuwan Unpatti, Dr. Giino Limmon, yang memimpin ekspedisi penemuan coelacanth ini, dilansir ANTARA, Sabtu (30/5/2025).
Coelacanth pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1997 oleh pasangan peneliti Arnaz dan Mark V. Erdmann, yang mendokumentasikan spesimen tersebut di pasar ikan Manado, Sulawesi Utara. Temuan terbaru di Maluku Utara memperluas pemahaman akan persebaran spesies ini di perairan nusantara dan menegaskan pentingnya perlindungan habitat laut dalam.
Pentingnya Kawasan Konservasi Perairan
Menurut Dr. Giino, pengembangan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) bagi habitat coelacanth dapat membantu mengurangi berbagai ancaman lingkungan.
“Dengan mengembangkan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) untuk habitat coelacanth, tersebut dapat mencegah atau mengurangi praktik-praktik penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, dampak pencemaran, dan pengembangan wilayah pesisir,” ujarnya.
Senada dengan itu, peneliti BRIN, Dr. Augy Syahailatua, menegaskan pentingnya perlindungan ini untuk kepentingan ilmiah.
“KKP juga akan memberi dampak positif dalam penelitian coelacanth, sehingga dapat memajukan pengetahuan dan pemahaman kita mengenai spesies unik ini, dan memungkinkan penegakan hukum yang lebih baik untuk melindunginya,” tutur Augy.
Baca Juga: Bangkit dari Konflik: Ekowisata Selamatkan Kota Ini dari Dampak Perang
Temuan ini juga menunjukkan bahwa ekosistem laut dalam, khususnya zona terumbu karang mesofotik, masih menyimpan banyak misteri dan berfungsi sebagai tempat perlindungan penting bagi spesies purba dan kemungkinan spesies baru. Untuk menjaga spesies yang sangat sensitif ini, lokasi detail penemuan sengaja dirahasiakan.
Keunikan Biologis Coelacanth
Coelacanth merupakan salah satu spesies laut paling unik. Berusia lebih dari 400 juta tahun, ikan ini diperkirakan telah hidup jauh sebelum masa dinosaurus. Dengan panjang tubuh bisa mencapai dua meter dan berat hingga 90 kilogram, ikan ini memiliki sirip berlobus yang bergerak menyerupai kaki hewan darat.
Laman Britannica menyebut beberapa ilmuwan sempat menduga bahwa coelacanth adalah mata rantai evolusi antara ikan dan vertebrata darat, meskipun penelitian lebih lanjut menunjukkan kerabat terdekatnya adalah ikan paru-paru (lungfish).
Ikan ini juga memiliki sendi intrakranial yang memungkinkannya membuka mulut sangat lebar, serta organ rostral elektroreseptor yang membantunya mendeteksi mangsa dalam kegelapan laut dalam. Alih-alih tulang punggung sejati, coelacanth memiliki notokorda—tabung berisi cairan minyak yang fleksibel.
Populasi Terancam, Perlu Perlindungan Serius
Saat ini terdapat dua spesies coelacanth yang masih hidup: Latimeria chalumnae yang ditemukan di sekitar Afrika Timur, dan Latimeria menadoensis yang terdapat di Indonesia. IUCN mengklasifikasikan L. chalumnae sebagai spesies "Sangat Terancam Punah" (Critically Endangered), sementara L. menadoensis masuk kategori "Rentan" (Vulnerable).
“Penemuan coelacanth di Perairan Maluku Utara ini membuktikan tingginya keanekaragaman hayati laut di kawasan ini dan menggarisbawahi pentingnya eksplorasi dan konservasi laut dalam,” ujar Dr. Giino Limmon.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (2023), Indonesia memiliki lebih dari 20 juta hektare kawasan konservasi laut, namun belum semua mencakup zona laut dalam yang menjadi habitat coelacanth. Upaya memperluas perlindungan ke wilayah tersebut akan menjadi langkah penting dalam konservasi spesies ini.
Simbol Keanekaragaman Hayati Laut Indonesia
Coelacanth bukan hanya simbol keunikan evolusi, tetapi juga pengingat bahwa laut Indonesia masih menyimpan banyak rahasia. Menjaga habitatnya berarti menjaga keberlanjutan ekosistem laut, dari spesies purba hingga perikanan yang menjadi tulang punggung pangan masyarakat pesisir.
Dengan riset berkelanjutan, kebijakan konservasi berbasis sains, dan keterlibatan masyarakat lokal, perlindungan coelacanth bisa menjadi pintu masuk untuk konservasi laut dalam yang lebih luas di Indonesia. Negara ini memiliki posisi strategis sebagai penjaga kekayaan hayati samudra, dan coelacanth adalah salah satu permata purba yang harus dijaga keberadaannya.