Upaya Kolektif Dimulai dari Pilihan Sederhana
Penggunaan besek bambu untuk membungkus daging kurban bukan hanya simbol dari gaya hidup ramah lingkungan, tapi juga bentuk nyata kontribusi individu dalam mengurangi krisis plastik. Seruan dari KLH ini seharusnya bukan hanya dilihat sebagai imbauan, tetapi sebagai panggilan untuk bertindak.
Masyarakat bisa ikut berkontribusi dengan membawa wadah sendiri yang dapat digunakan kembali saat menerima daging kurban. Pemerintah daerah diharapkan aktif menyediakan fasilitas pengelolaan sampah, membentuk satuan tugas edukatif, dan mendampingi masyarakat dalam menerapkan kebiasaan baru yang lebih berkelanjutan.
Ketika besek bambu kembali hadir dalam keseharian kita, bukan sekadar nostalgia yang dibangkitkan, tetapi juga harapan akan masa depan lingkungan yang lebih bersih dan sehat. Idul Adha tanpa plastik bisa menjadi langkah awal dari gerakan besar melawan polusi plastik di Indonesia.