Keberhasilan inisiatif tersebut tentunya tak lepas dari dukungan dan peran dari Yayasan Rebo Ijo. Yayasan tersebut menginisiasi program pertanian ramah iklim berbasis komunitas ini, terutama di KUB Sarimulyo, sejak akhir tahun 2023.
Eko Maryanto, 56 tahun, selaku Ketua Yayasan Rebo Ijo berujar, “Kami hanya memantik. Yang menjalankan adalah warga. Kini mereka tidak perlu lagi berutang untuk makan. Ini bukan sekadar pertanian, tapi cara membangun kemandirian dan martabat warga melalui ekosistem yang sehat.”
Adapun program ini merupakan bagian dari kemitraan Yayasan Rebo Ijo bersama Global Environment Facility Small Grants Programme (GEF SGP) Indonesia, yang mendukung inisiatif masyarakat sipil dalam adaptasi perubahan iklim dan perlindungan lingkungan hidup di tingkat lokal.
Inisiatif ini menunjukkan bagaimana adaptasi terhadap perubahan iklim bisa dilakukan dari tingkat lokal. Dengan inovasi dan semangat gotong royong, petani Tegalsari membuktikan bahwa pertanian ramah lingkungan bisa menjadi solusi masa depan.(*)