Suara.com - Tradisi Pacu Jalur telah menarik perhatian masyarakat dunia melalui sosial media. Kini Pacu Jalur menjadi salah satu daya tarik wisata di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau. Lantas, sudah tahukah Anda sejarah dan makna Pacu Jalur yang kini ramai dihadiri pejabat hingga artis luar negeri?
Informasi terakhir, Pacu Jalur 2025 bukan hanya akan dihadiri oleh menteri, duta besar negara terdekat, hingga artis luar negeri. Namun juga akan dibuka oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Hal ini membuat nama Pacu Jalur semakin dilirik oleh kaum kalangan atas.
Pacu Jalur merupakan salah satu warisan budaya tak benda yang dimiliki Indonesia. Kekuatan sejarah yang dimiliki Pacu Jalur tak hanya bernilai seni dan wisata, tetapi dapat menjadi nilai diplomasi budaya Indonesia ke dunia.
Pacu Jalur menjadi viral di seluruh dunia dan menarik perhatian artis luar negeri melalui cuplikan video atraksi anak-anak. Video tersebut mendapatkan hastag tren aura farming. Atraksi itu menarik perhatian konten kreator untuk membuat video cover. Termasuk salah satunya aktor Thailand, Bible Sumettikul.
Di sela-sela bermain golf bersama lawan mainnya di serial drama 4 Minutes, Bible menunjukkan gerakan anak-anak di ujung perahu Pacu Jalur. Sontak itu menarik perhatian crew dan ia menjelaskan gerakan itu sedang viral di sosial media. Aksinya bisa dilihat di channel Youtube Jes First Time.
Pacu Jalur sesungguhnya merupakan tradisi yang menyimpan sejarah panjang serta makna filosofis yang sakral. Simak uraian singkatnya di bawah ini.
Asal Usul Pacu Jalur
![Anak coki Pacu Jalur Kuansing. [wonderfulimages.kemenparekraf.go.id]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/05/76221-aura-farming-pacu-jalur-kuansing.jpg)
Sebutan Pacu Jalur merujuk pada dua hal. Pertama, istilah Jalur itu sendiri merujuk pada bentuk perahu panjang tradisional yang terbuat dari kayu dan digerakkan dengan dayung. Sementara istilah Pacu merujuk pada kecepatan pendayung.
Keberadaan Pacu Jalur dalam budaya masyarakat Riau, khususnya Sungai Kuantan sudah ada sejak abad 17. Pada masanya, Jalur merupakan alat transportasi utama di jalur Sungai Kuantan yang digunakan untuk mengangkut hasil bumi dan juga sebagai alat transportasi atau angkutan, menghubungkan seseorang dari satu daratan ke daratan lainnya. Jalur yang berbentuk panjang dapat mengangkut sekitar empat puluh hingga enam puluh orang.
Baca Juga: Rayyan 'Aura Farming' Joget Pacu Jalur di Istana, Prabowo Hingga Letkol Teddy Asyik Ikut Bergoyang
Mengenai bentuk Jalur yang mana ada yang memiliki ukiran berbentuk ular, buaya, dan harimau, itu semua merujuk kepada kepemilikan. Setiap orang yang memiliki Jalur memiliki preferensi tertentu dan itu berfungsi untuk membedakan kepemilikan antar kepala keluarga.
Kebiasaan ini kemudian berkembang dan diartikan sebagai simbol status sosial. Secara sosiologis, tiap-tiap ornamen akhirnya memperlihatkan kemampuan sosial dan ekonomi seseorang dalam menghias Jalur mereka. Akhirnya timbul pula paradigma bahwa Jalur tertentu yang berhias lengkap dengan payung, selendang, serta gulang-gulang atau tiang di tengah merupakan Jalur yang dimiliki oleh seorang bangsawan.
Festival Pacu Jalur
![Aura Farming Anak Coki Pacu Jalur Kuansing. [wonderfulimages.kemenparekraf.go.id]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/05/43128-aura-farming-pacu-jalur-kuansing.jpg)
Dalam perkembangannya, budaya pemanfaatan Jalur berevolusi menjadi perlombaan. Muncullah tradisi Pacu Jalur. Dalam perlombaan ini, setiap regu Jalur harus berkompetisi menjadi yang tercepat dan terdepan untuk mencapai garis finis dan mendapatkan hadiah.
Pada era kolonial Belanda, Pacu Jalur menjadi ajang perayaan ulang tahun Ratu Wilhelmina pada 31 Agustus. Setelah Indonesia merdeka, Pacu Jalur menjadi agenda tahunan untuk merayakan Hari Kemerdekaan RI.
Perlombaan diadakan di Teluk kuantan dan ini menarik perhatian masyarakat dari berbagai daerah. Sebelumnya hanya penduduk lokal dan sekitar wilayah tersebut yang meramaikan sebagai penonton, tetapi sekarang Festival Pacu Jalur dihadiri pula oleh duta besar negara tetangga, menteri, dan artis-artis dari luar negeri.
Makna Pacu Jalur dari Segi Filosofis dan Spiritual
Tidak hanya bernilai sejarah, budaya, dan seni, Pacu Jalur juga memiliki makna filosofis dan spiritual. Melansir laman Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, perlombaan ini dimaknai sebagai puncak pencapaian masyarakat Kuansing dalam setahun. Jalur melambangkan kerja keras, kebersamaan, serta doa atas keberhasilan hidup.
Makna Pacu Jalur secara filosofi dan spiritual juga terdapat dalam proses pembuatan perahu. Perahu panjang tradisional tersebut dibuat hati-hati, mulai dari memilih kayu di hutan. Pembuatan dimulai dengan upacara ritual semah atau selametan hingga ritual yang disebut maelo jalur. Tradisi maelo jalur bernilai spiritual, seorang pawang akan dilibatkan dalam tradisi ini untuk mendoakan kapal, mengeratkan hubungan manusia, alam, dan leluhur.
Ketika Pacu Jalur dilaksanakan, perahu bukan lagi sekadar kayu yang dirakit, melainkan simbol sakral yang menyatukan fisik, batin, dan kepercayaan masyarakat Kuansing. Kecepatan dan kekompakan mendayung satu grup di atas Jalur membutuhkan kepercayaan satu sama lain. Karenanya persatuan dan kesatuan dalam Pacu Jalur sangat kuat terasa dan sangat cocok sebagai festival untuk merayakan Kemerdekaan Republik Indonesia.
Demikian itu informasi mengenai sejarah dan makna Pacu Jalur. Dari festival rakyat, Pacu Jalur telah bertransformasi menjadi ikon budaya global yang dirayakan lintas generasi dan lintas negara. Semoga bermanfaat.
Kontributor : Mutaya Saroh