Gajah Hewan yang Emosional, Kini Jadi 'Alat Berat Alami' Bersihkan Puing Akibat Banjir di Aceh

Dinda Rachmawati Suara.Com
Selasa, 09 Desember 2025 | 16:10 WIB
Gajah Hewan yang Emosional, Kini Jadi 'Alat Berat Alami' Bersihkan Puing Akibat Banjir di Aceh
Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) jinak yang ditunggangi mahout membersihkan puing kayu yang menutupi jalan dan permukiman warga akibat bencana alam di Desa Meunasah Bie, Pidie Jaya, Aceh, Senin (8/12/2025). [ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/nz]
Baca 10 detik
  • Empat ekor gajah BKSDA Aceh dikerahkan di Pidie Jaya pada Senin (8/12/2025) untuk menarik material pascabanjir di area sulit terjangkau alat berat.
  • Aktivis Indira Diandra mengkritik penggunaan gajah untuk pembersihan material banjir karena gajah adalah makhluk hidup, bukan alat konstruksi.
  • Gajah adalah makhluk sosial empatik yang cerdas, mampu berduka, mengingat trauma, serta membutuhkan kesejahteraan meski sempat membantu pemulihan bencana.

Suara.com - Upaya pembersihan sisa-sisa banjir besar di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, menyisakan pemandangan yang tak biasa. 

Di antara deretan alat berat dan petugas, empat ekor gajah milik Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh ikut bekerja keras menarik kayu-kayu raksasa dan material yang tertumpuk akibat derasnya arus banjir.

Gajah-gajah tersebut dikerahkan ke Gampong Meunasah Bie, Kecamatan Meurah Dua—salah satu titik terdampak terparah. Menurut Kasat Reskrim Polres Pidie Jaya, Iptu Fauzi Admaja, kehadiran pasukan gajah ini terbukti efektif menjangkau area-area yang sulit dimasuki alat berat.

“Empat gajah yang kami datangkan bersama BKSDA Aceh hari ini sudah berada di lokasi. Mereka langsung kita kerahkan untuk menarik kayu-kayu besar serta material berat lainnya yang menumpuk akibat banjir,” ujar Fauzi dalam keterangan tertulisnya, Senin (8/12/2025).

Namun di balik kekaguman publik terhadap kemampuan para satwa besar ini, muncul suara kritik yang mengingatkan bahwa gajah adalah makhluk hidup, bukan alat konstruksi.

Teguran dari Aktivis: Gajah Bukan Alat Berat

Melalui unggahan di Instagram pribadinya, aktivis perlindungan hewan Indira Diandra menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap penggunaan gajah dalam operasi pembersihan banjir. Dalam surat terbukanya kepada BKSDA Aceh, Indira menulis gajah bukanlah alat berat.

“Gajah bukan alat berat. Mereka adalah makhluk cerdas, sosial, dan penuh perasaan, yang justru selama ini paling terdampak ketika habitat mereka hilang dan terfragmentasi,” tulisnya.

Ia juga menekankan bahwa meski memahami tekanan situasi darurat, pilihan terbaik adalah mengutamakan metode yang tidak membebani satwa.

Baca Juga: Lebih dari 10 Negara Siap Bantu Bencana Sumatra: PM Jepang Hingga Pangeran Arab

“Kami yakin ada banyak alternatif yang dapat diprioritaskan,” tulisnya, sembari menyebut opsi seperti koordinasi lintas lembaga untuk tambahan alat berat, jejaring relawan nasional, serta pemanfaatan teknologi geospasial agar pekerjaan lebih efisien.

Indira menutup pesannya dengan apresiasi, sekaligus harapan agar keputusan penggunaan gajah ditinjau kembali demi keselamatan manusia dan satwa.

"Kami tahu semua pihak bekerja demi kebaikan masyarakat. Tapi kebaikan itu seharusnya mencakup semua makhluk, termasuk gajah yang selama ini ikut menanggung akibat kerusakan habitat,” kata dia.

Gajah: Makhluk Besar dengan Hati yang Lebih Besar

Kritik Indira tidak muncul tanpa dasar. Gajah, baik Asia maupun Afrika merupakan salah satu spesies paling emosional dan empatik di bumi.

Gajah adalah makhluk sosial yang hidup dalam ikatan keluarga erat. Mereka cerdas dan mampu mengingat pengalaman traumatis bertahun-tahun.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI