Pemberitaan Ekstrem Mutilasi Ancam Psikologis Masyarakat

Achmad Sakirin Suara.Com
Kamis, 14 Agustus 2014 | 11:15 WIB
Pemberitaan Ekstrem Mutilasi Ancam Psikologis Masyarakat
Para tersangka dan barang bukti kasus mutilasi di Mapolres Siak, Kabupaten Siak, Riau. [Antara/Rony Muharrman]

Suara.com - Pemberitaan yang cenderung ekstrem kasus dugaan pelecehan seksual disertai pembunuhan dengan cara mutilasi dapat mengancam psikologis dan mental masyarakat luas. Demikian dikatakan Psikolog Universitas Islam Riau Yanuar Arif, di Pekanbaru, Kamis (14/8/2014).

"Pemberitaan yang dilakukan secara terus menerus bahkan secara detail menceritakan kronologi pembunuhan oleh pelaku terhadap korban-korbannya, itu akan memberikan dampak buruk bagi masyarakat secara luas," kata Yanuar..

Maka sebaiknya, lanjut kata dia, diharapkan peran media untuk dapat meredam pemberitaan yang cenderung ekstrem agar mengurangi dampak negatifnya terhadap masyarakat luas.

Pernyataan psikolog ini menanggapi adanya kasus dugaan pelecehan seksual disertai mutilasi oleh empat pelaku, MD (19), DD (19), S (26) dan DP (17).

Keempat orang tersebut telah ditetapkan sebagai tersangka yang membunuh tujuh korban, empat di antaranya merupakan kalangan bocah berumur 5,5 tahun hingga 10 tahun.

Ia mengatakan, peranan media dalam mempublikasikan perkara ini menjadi arah penentu pemikiran masyarakat secara luas.

Ia mengharapkan, pemberitaan dilakukan dengan tidak disertai kronologi pembunuhannya namun bagaimana langkah hukum untuk para tersangka.

Yang jelas, lanjut kata dia, untuk dampak psikologis terhadap masyarakat secara umum, sebenarnya ada sisi positif dan negatif.

Positifnya, lanjut dia, yakni para orangtua akan lebih cermat dan memperketat pengawasan atau monitoring anak-anak mereka di lingkungan sekolah dan rumah.

"Sementara itu, untuk sisi negatifnya adalah ada memori yang tertanam di masyarakat terkait proses pembunuhan itu menjadi suatu hal yang biasa. Dan ini sangat berbahaya bagi keberlangsungan situasi aman dan tertib masyarakat," katanya. (Antara)

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI