Idap Sindrom "Mayat Berjalan", Lelaki Ini Merasa Sudah Mati

Ruben Setiawan Suara.Com
Jum'at, 15 Agustus 2014 | 12:17 WIB
Idap Sindrom "Mayat Berjalan", Lelaki Ini Merasa Sudah Mati
Ilustrasi tangan orang tua. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang lelaki asal Inggris merasa dirinya sudah mati meskipun dirinya masih bernafas. Menurut dokter, lelaki yang hanya diketahui bernama Graham itu didiagnosa mengidap Cotard Syndrome, atau yang lebih dikenal dengan istilah "Walking Corpse Syndrome" atau "Sindrom Mayat Berjalan".

Disebut demikian karena sindrom tersebut membuat orang berpikir dirinya sudah mati dan telah berubah menjadi zombie, atau mayat hidup. Persis seperti yang dirasakan Graham, dirinya merasa yakin bahwa otaknya sudah mati sejak sembilan tahun silam.

Kondisi seperti itu dirasakan Graham setelah dirinya menderita depresi parah. Ia bahkan sempat mencoba melakukan upaya bunuh diri dengan cara memasukkan perangkat listrik ke dalam bak mandinya.

Delapan bulan setelah insiden tersebut, dokter memvonis otaknya sudah mati, atau hilang. Graham tak lagi doyan merokok, malas berbicara, dan menolak makan karena menurutnya "tak berguna karena saya sudah mati". Setelah menjalani terapi selama beberap bulan, Graham bisa mengatasi kondisi tersebut dan mulai belajar hidup normal kembali.

Sindrom Cotard adalah satu dari sekian banyak penyakit langka di dunia. Berdasarkan catatan, hanya ada beberapa ratus orang saja yang mengidap sindrom tersebut. Sindrom tersebut berkaitan erat dengan depresi dan muncul dalam berbagai gejala. Ada pula pengidap sindrom ini yang merasa tangan dan kakinya sudah tak lagi berfungsi, padahal masih.

"Saya tidak mau bertemu orang. Tak ada gunanya," kata Graham.

"Saya merasa tidak tertarik pada apapun. Saya kehilangan indera penciuman dan indera pengecap saya. Tak ada gunanya makan karena saya sudah mati. Buang-buang waktu saja bicara karena saya tidak punya topik yang bisa dibicarakan," lanjutnya.

Puncaknya, Graham merasa sudah saatnya masuk ke dalam liang kubur. Ia berjalan ke pekuburan setempat dan berniat tinggal di salah satu lubangnya.

"Saya merasa saya sudah tinggal di sana (kuburan). Kuburan adalah jalan terdekat saya pada kematian. Namun polisi menemukan saya dan membawa saya pulang" katanya.

Hasil pemeriksaan menunjukkan rendahnya aktivitas otak lelaki tersebut. Saking rendahnya, kondisi otaknya sama seperti orang yang sedang tidak sadarkan diri.

"Saya sudah memindai otak selama 15 tahun dan belum pernah melihat yang seperti ini, di mana seorang yang bisa berjalan, berinteraksi dengan orang lain, tapi hasil pindaian otak yang sedemikian abnormal," kata ahli saraf yang merawat Graham, Steven Laureys.

"Fungsi otak Graham menyerupai seseorang yang berada di bawah pengaruh bius atau tertidur," lanjutnya.

Setelah menjalani terapi, kondisi Graham kian membaik. Memang tidak sebaik sebelumnya, namun setidaknya ia bisa keluar rumah dan merasa jauh lebih baik.

"Saya tidak lagi merasa otak saya mati. Kita semua akan mati suatu saat nanti. Saya beruntung bisa hidup saat ini," pungkasnya. (Telegraph)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI