Lagipula, lanjut Viktor, sampai sekarang nama KIH dan KMP masih saja disebut-sebut bahkan dikait-kaitkan dengan proses politik yang tak hanya di parlemen, tapi juga konflik di luar parlemen (Kisruh Golkar & PPP, red).
“Ya kayak acara ILC kemaren, judulnya aja masih pakai istilah KMP,” kata Viktor.
Tapi kalau soal kemungkinan partai di Indonesia bakal tetap lebih dari dua atau tiga partai, sebut Viktor, itu masalah cerminan dari kemajemukan dari negeri ini.
“Ya, gak bisa dibayangkan pula sama dengan negara luar, seperti Amerika Serikat, yang juga punya corak sistem pembagian dua unsur dominan tersebut. Jadi fraksi threshold bukan malah mendorong fusi partai. Itu beda,” katanya.
Lebih jauh, Viktor menyebutkan gagasan fraksi threshold dulu juga pernah diusulkan dalam bentuk tiga fraksi saja di parlemen. Ketiga fraksi itu adalah fraksi pemerintah, non pemerintah dan independen. Sedangkan fraksi indenpenden dimaksudkan untuk mengakomodasi kelompok yang memilih bersikap “abu-abu.”
“Intinya, kita ingin mempersempit ruang politik transaksional sehingga kebijakan tidak bisa tersandera oleh kepentingan yang berjangka pendek, itu saja,” kata dia.