Begini Suasana Saat Pencabul Anak-anak Kelapa Gading Diinterogasi

Kamis, 10 September 2015 | 15:52 WIB
Begini Suasana Saat Pencabul Anak-anak Kelapa Gading Diinterogasi
Ketua RW 04, Bahrudin Alwi, Kelurahan Kelapa Gading Timur, Jalan Pejuang IV, Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara. [suara.com/Nikolaus Tolen]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, Syanwani alias Iwan (46), kini berurusan dengan polisi. Iwan ditetapkan menjadi tersangka kasus pencabulan terhadap anak-anak di Jalan Pejuang IV, Kelurahan Kelapa Gading Timur, Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Saat ditemui suara.com, Kamis (10/9/2015), Narti, warga yang tinggal di dekat musala Al-Barkah, bercerita.

Kasus tersebut mulai terungkap pada Selasa (1/9/2015). Ketika itu, seorang ibu melihat Iwan memegang alat kelamin seorang anak lelaki di sekitar musala Al-Barkah pada pukul 16.00 WIB.

Ibu tadi, katanya, langsung menegur Iwan. Kejadian itu berbuntut panjang. Perbuatan Iwan pun dilaporkan ke Ketua RW 04, Bahrudin Alwi, pada pukul 19.00 WIB.

Mendapatkan laporan dari warganya, Alwi langsung datang ke lokasi untuk memanggil Iwan agar datang ke rumah Alwi. Saat itu, Alwi belum mengatakan alasan memanggil Iwan.

"Pak RW datang memanggil bang Iwan, Wan kita ke rumah ya, ada perlu, kan kita mau ada acara satu Muharram, tapi kita bicaranya di rumah saja. Terus katanya, kenapa nggak bicara di sini saja Pak RW, tapi dijawab sama Pak RW, biar lebih seru saja. Dia bilang, kalau begitu saya ganti celana dan baju dulu. Kata Pak RW, nggak usah, begitu aja. Kebetulan dia kan hampir selalu mengikuti kegiatan agama di lingkungan kita," kata Narti menirukan percakapan Alwi dengan Iwan di dekat musala.

Saat itu, Alwi juga mengundang sejumlah warga agar datang ke rumah.

Iwan memenuhi undangan Alwi. Dan dia pun ditanyai soal kasus pelecehan seksual yang dilakukannya terhadap salah seorang anak.

"Awalnya dia nggak ngaku, saat ditanya Pak RW, namun saat korbannya datang baru dia mengakuinya," kata Narti.

Saat itu, Narti ikut menguping pembicaraan di dalam rumah Ketua RW.

Setelah terdesak, kata Narti, akhirnya Iwan mengakui perbuatannya.

"Waduh saat sampai di rumah Pak RW dia itu seperti sapi ompong saja, disiram dengan air, diam saja, orang tua, kan marah," kata Narti.

Di tengah cemoohan warga, Iwan sempat minta ijin pergi ke toilet. Karena takut Iwan bunuh diri, warga mengawasinya terus.

Tak lama kemudian, Iwan dibawa ke kantor polisi untuk dilakukan pengusutan.
 
"Semula, dia mengaku melakukan terhadap delapan anak, kemudian sepuluh anak, hari ini mengakui 16 anak, kemungkinan bisa bertambah lagi," kata Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait kepada suara.com, Rabu (9/9/2015) malam.

Suara.com - Arist berharap keluarga yang merasa anaknya menjadi korban untuk segera melapor kepada polisi agar bisa ditangani.

Arist mengecam keras kelakukan IW. Ia menyebut tindakan lelaki tersebut sebagai kejahatan kemanusiaan.

"Saya kira saya tidak akan merespons pengakuan korban yang nyatakan dulu dia punya pengalaman pahit sewaktu kecil. Pernah mendapatkan perlakuan yang sama. Itu tidak kami respon. Ini kejahatan kemanusiaan," katanya.

Siapa lelaki berinisial IW itu? Kepada polisi, kata Arist, dia mengaku tukang ojek.

"Katanya, tempat tinggalnya berpindah-pindah. Rumah kosnya, katanya, tergusur. Akhirnya numpang di musala. Itu pengakuannya," kata Arist.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI