Suara.com - Otoritas Mesir mengeluarkan pernyataan yang bertentangan dengan pernyataan Menteri Pertahanan Yunani beberapa waktu lalu tentang detik-detik jatuhnya pesawat EgyptAir MS804 di Laut Mediterania. Menurut Mesir, pesawat Airbus A320 tersebut tidak berbelok tajam dan terjun ke ketinggian 10.000 kaki seperti dikatakan oleh Menhan Yunani.
Lima hari pascainsiden, teka-teki soal apa yang terjadi pada pesawat dan 66 penumpang dan krunya belum terjawab. Pesawat hilang dari pantauan radar pada Kamis (19/5/2016) sekitar pukul 2.45 dini hari, ketika melintasi Laut Mediterania.
Otoritas Mesir meyakini, ada aksi terorisme di balik jatuhnya pesawat tersebut. Beberapa pakar penerbangan mengatakan, ada ledakan, bahkan pergulatan di dalam kokpit pesawat. Namun, sejauh ini belum ada bukti yang muncul.
Kepala layanan navigasi nasional Mesir, Ehab Azmy, kepada The Associated Press mengatakan bahwa pesawat tidak berbelok tajam atau kehilangan ketinggian sebelum akhirnya menghilang dari radar. Pernyataan ini bertentangan dengan pernyataan Menteri Pertahanan Yunani Panos Kammenos beberapa waktu lalu.
Menurut Azmy, beberapa menit sebelum menghilang dari radar, pesawat terbang normal pada ketinggian 37.000 kaki berdasarkan pembacaan radar.
"Fakta ini membantah apa yang dikatakan otoritas Yunani bahwa pesawat tiba-tiba kehilangan ketinggian sebelum hilang dari radar," kata Azmy.
"Tidak ada belok ke kanan atau ke kiri, dan pesawat itu baik-baik saja ketika masuk FIR (kawasan informasi penerbangan) Mesir, yang terjadi satu atau dua menit sebelum hilang," sambung Azmy.
Saat ini, pencarian kotak hitam dan sisa serpihan pesawat masih berlangsung. Beberapa kapal dan pesawat dari Mesir, Yunani, Prancis, Siprus, Inggris, serta Amerika Serikat ikut ambil bagian dalam pencarian tersebut.
Mesir sempat mengklaim telah menemukan kotak hitam, yang bisa dijadikan petunjuk kunci dalam mengetahui penyebab jatuhnya pesawat. Namun, belakangan, klaim tersebut dibantah sendiri oleh otoritas Mesir. (Independent)