"Begitu juga dengan regulasi private jet, yacht, cruise, yang semuanya sudah dideregulasi. Saya kontak dengan otoritas di Singapura, berapa biaya sandar, berapa service, dan ternyata jauh lebih murah dan lebih cepat. Karena itu, saya minta standarnya harus sama dengan negara tetangga. Kalau nggak, kita nggak bisa bersaing," katanya.
Luhut menyadari, dunia digital sangat penting, dan ke depan, semua sektor akan semakin digital. "Saya pernah membeli tiket penginapan atau hotel. Tiba-tiba, anak saya berkata, saya bisa beli barang yang sama, dengan harga yang jauh lebih murah, dengan online," katanya.
Pada kesempatan itu, Luhut menyampaikan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), perolehan devisa Indonesia menurut lapangan usaha pariwisata naik signifikan. Jika pada 2013 sebesar 10,054.1 juta dolar, maka pada 2014 meningkat menjadi 11,166.3 juta dolar, dan pada 2015, melonjak ke 12, 578.6 juta dolar.
Sementara itu, minyak gas dan bumi turun pada 2013 sebesar 32, 633.2 juta dolar, pada 2014 turun menjadi 30, 318.8 juta dolar, dan pada 2015, turun lagi menjadi 18,906.7 juta dolar.
Luhut minta kepada semua stakeholder agar memperbaiki destinasi di daerahnya, termasuk sarana dan prasarananya.
"Pariwisata harus bisa masuk tingkat dunia, standard dunia. Contoh kecil seperti toilet, toilet kita harus paling bersih, agar wisatawan nyaman," katanya.
Hal senada diungkapkan Menteri Pariwisata, Arief Yahya. Menurutnya, digital bakal membawa gerbong Kementerian Pariwisata RI melompat jauh menuju target menjaring 20 juta wisatawan pada 2019. Jurus "Go Digital" akan dibahas bersama ratusan stakeholder pariwisata nasional di Ecovention, Ecopark, Ancol, Jakarta.
"Go Digital Be The Best" akan diangkat menjadi new hope Wonderful Indonesia untuk naik panggung sebagai the best digital marketing in the world, nomor satu di dunia, menyentuh semua orang, dan yang utama, harus memenangkan persaingan dari Malaysia Truly Asia dan Amazing Thailand.