Serangan Teror di Tangerang Termasuk "Lone Wolf Terorist"

Kamis, 20 Oktober 2016 | 22:06 WIB
Serangan Teror di Tangerang Termasuk "Lone Wolf Terorist"
Lokasi penyerangan brutal dengan senjata tajam terhadap anggota kepolisian di Cikokol, Tangerang, Banten, Kamis (20/10). (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wakil Ketua Komisi I DPR Hanafi Rais menilai penyerangan 3 anggota polisi di kawasan pendidikan di Cikokol, Kota Tangerang, Banten, Kamis (20/10/2016) pagi merupakan fenomena "lone wolf terorist" atau teroris yang bergerak sendirian. Fenomena tersebut diprediksi semakin sulit ditangani oleh Intelijen di negara manapun.

"Kalau dulu ada organisasi dimana satu unit terhubung dengan organusasi induk. Semakin sulit ditangani, karena ada fenomena lone wolf teroris. Lone wolf tanpa afiliasi dan organisasi yang ada, jadi bisa radikalisasi diri sendiri. Aksi secara otonom," ujar Hanafi di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (20/10/2016).

Intelijen Indonesia harus memiliki keterampilan dan keahlian untuk mengindentifikasi pola kelompok teroris yang semakin sulit ditangani.

"Karena kita selama ini fokusnya ISIS di Irak dan Suriah. Tapi sekarang sudah di halaman belakang kita sehingga kecakapan dan keterampilan intelijen harus jeli, agar deteksi dini dan early warning sistem jalan," tuturnya.

Hanafi mengakui bahwa ada intelijen Indonesia memiliki keterbatasan dalam hal personil maupun teknologi yang masih jauh dari negara-negara lain. Namun ia meyakini dengan keterbatasan itu, BIN memiliki komitmen untuk menghadapi tantangan baik personil maupun teknologi.

"Memang ada kendala terutama personil BIN yang kurang dan teknologi masih jauh dari negara-negara lain yang hadapi tantangan terorisme. Tapi BIN punya komitmen lebih bagus untuk hadapi tantangan itu, misalnya menambahkan personil dan teknologi intelijen harus ditingkatkan agar antisipatif," ungkapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI