Remaja Australia yang Rencanakan Teror Sadis Divonis 10 Tahun

Senin, 05 September 2016 | 14:27 WIB
Remaja Australia yang Rencanakan Teror Sadis Divonis 10 Tahun
Ilustrasi terorisme. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang remaja Australia yang sempat merencanakan aksi teror dalam peringatan Hari ANZAC --momen pendaratan pasukan Australia dan Selandia Baru di Gallipoli (Turki) tahun 1915-- divonis 10 tahun penjara, Senin (5/9/2016).

Dalam rencananya saat itu, Sevdet Ramadan Besim (19), nama sang remaja, disebut bahkan merencanakan sejumlah aksi sadis, termasuk di antaranya memenggal kepala petugas polisi, serta mengikatkan bom ke seekor kangguru.

Besim disebut merencanakan untuk melancarkan aksi teror itu terhadap kepolisian dalam momen Parade Hari ANZAC di Melbourne, pada 25 April 2015 lalu. Rencananya terungkap ketika Kepolisian Inggris mendeteksi percakapan pesan teleponnya dengan seorang remaja Inggris usia 15 tahun.

 
Menurut Hakim Pengadilan Tinggi Victoria, Australia, Michael Croucher, keputusan Besim untuk mengaku bersalah menjadi satu faktor utama dalam pemberian vonis 10 tahun dan bukannya 15 tahun. Croucher mengatakan, dia berusaha menyeimbangkan kebutuhan antara melindungi publik dari rencana "jahat dan mengerikan" Besim, berikut juga usia, rasa bersalah dan prospek rehebilitasi sang terpidana.

"Saya mengakui bahwa usia muda Besim dan ketidakdewasaannya sebagai faktor pertimbangan (vonis). Dia baru berusia 18 saat melakukan kejahatan itu, dan saat ini baru berumur 19 tahun," ungkap sang hakim, sebagaimana dikutip Reuters dari transkrip persidangan.

Setidaknya sejak 2014, Australia yang dikenal sebagai salah satu sekutu dekat Amerika Serikat (AS), termasuk yang mengalami peningkatan ancaman aksi-aksi kelompok radikal. Salah satu aksi "lone wolf" di Australia misalnya terjadi pada 2014 lalu, ketika sebuah kafe di Sydney disandera di mana dua sandera dan sang pelaku akhirnya tewas.

Menteri Imigrasi Australia tahun ini juga menyatakan bahwa sekitar 100 orang telah berangkat dari negeri itu menuju Suriah demi bergabung dengan kelompok militan seperti ISIS. [Reuters]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI